Denpasar, Bali – Tim dari National University of Singapore (NUS) menjuarai kompetisi paling bergengsi di dunia di bidang hukum humaniter internasional yang digelar di Denpasar tanggal 7-14 Maret 2020 setelah mengungguli New York University, University of Essex dan Geneva Academy of International Humanitarian Law di babak final. Kompetisi yang bernama “International Pictet Concours on International Humanitarian Law” ini mempertemukan para mahasiswa hukum internasional terbaik dari seluruh dunia. Kompetisi ini diselenggarakan oleh Committee for the Jean-Pictet Competition dan didukung oleh Kementerian Luar Negeri Indonesia, Komite Internasional Palang Merah (ICRC), dan Kedutaan Besar Swiss di Jakarta.

Singapura menjadi pemenang 34th Edition of Jean-Pictet Concours yang diadakan di Bali, Indonesia. Foto oleh: Mia Pitria Pangestie/ICRC

Dalam acara pembukaan di hari Sabtu (07/03/2020), Direktur HAM dan Kemanusian, Kementerian Luar Negeri Indonesia, Achsanul Habib menyampaikan bahwa pemahaman tentang Hukum Humaniter Internasional tidak hanya penting bagi pejabat pemerintah dan personil militer, tetapi juga pemangku kepentingan yang lebih luas demi mempromosikan dan mengimplementasikan prinsip-prinsip kemanusiaan.

“Sangat penting meningkatkan kesadaran dan pemahaman yang lebih baik tentang hukum humaniter di kalangan intelektual muda karena mereka adalah generasi penerus yang akan menghadapi tantangannya sendiri ke depan. Dengan pengetahuan yang lebih baik melalui ajang kompetisi semacam ini, para peserta diharapkan dapat menerapkannya dalam situasi-situasi krisis ketika mereka dalam posisi sebagai pengambil keputusan,” Achsanul Habib menjelaskan.

Selama kompetisi, para peserta mengikuti serangkaian tes yang menguji tidak hanya pengetahuan mereka tentang hukum internasional, terutama Hukum Humaniter Internasional, tetapi juga kemampuan mereka untuk menganalisis, memberikan solusi, dan bernegosiasi/berdiplomasi. Kemampuan mereka dinilai dengan menggunakan skenario-skenario kejutan yang diberikan 1 jam sebelum mengikuti simulasi, roleplay dan negosiasi.

Salah satu skenario simulasi dalam kompetisi ini. Foto oleh: Mia Pitria Pangestie/ICRC

Salah satu skenario simulasi dalam kompetisi ini. Foto oleh: Mia Pitria Pangestie/ICRC

“Sebagai Picteist, sebutan yang diberikan kepada seseorang yang pernah mengikuti kompetisi ini sebelumnya, ini ajang menarik untuk berlomba sekaligus belajar. Ini sangat berbeda dengan kompetisi sejenis di bidang hukum internasional karena situasi yang diberikan kepada peserta sangat aktual dan kompleks. Mereka harus lincah berganti-ganti peran selama kompetisi,” kata Alexandre Faite, Kepala Delegasi Regional ICRC untuk Indonesia dan Timor-Leste sekaligus sebagai juri di babak final.

Sepanjang minggu ini, peserta memainkan bermacam-macam peran, seperti penasihat hukum di kementerian, diplomat yang mewakili suatu negara di PBB, staf ICRC yang bernegosiasi dengan angkatan bersenjata, perwira hukum militer, dan staf NGO yang memiliki keprihatinan pada isu-isu Hak Asasi Manusia, Alexandre menambahkan.

Christophe Lanord, Administrator kompetisi ini menjelaskan bahwa kompetisi ini terpaksa dibagi menjadi dua periode atau edisi karena membludaknya jumlah peserta. Edisi ke-33 sudah dilangsungkan pada tanggal tanggal 22-29 Februari 2020 di Denpasar dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Perancis dan Edisi ke-34, minggu ini, dalam Bahasa Inggris. Walaupun ada beberapa tim yang membatalkan pastisipasinya kerena virus corona, seperti tim dari China, jumlah peserta yang berminat tetap sangat besar.

“Sejak diselenggarakan pertama kali tahun 1989, kompetisi ini sudah berevolusi secara luar biasa, baik dari segi meningkatnya jumlah peminat, maupun kompleksitas tes dan skenario yang dihadapi oleh peserta. Selain itu pengetahuan dan kemampuan peserta yang terlibat dalam kompetisi ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun,” papar Christophe.

International Pictet Concours on International Humanitarian Law edisi ke-33 lalu diikuti oleh XX tim dari 26 negara asal universitas, sedangkan edisi ke-34 diikuti oleh 44 tim dari 30 negara asal universitas. Sedangkan para peserta edisi ke-34 sendiri berasal dari dari 46 negara karena ada universitas yang mahasiswa pesertanya berasal dari 3 negara berbeda.

Narahubung:
Sonny Nomer
Staff Komunikasi ICRC
0811-860-7232 (WA)
gnomer@icrc.org