Keluarga besar ICRC di seluruh dunia begitu terpukul mendengar kematian tiga koleganya ketika sejumlah ledakan mengguncang bandara di Kota Aden, Yaman, pada 30 Desember 2020 lalu. Hamid Al-Qadami, Ahmed Wazir dan Saidi Kayiranga meninggalkan kesan mendalam pada orang-orang yang pernah bekerja bersama mereka, terutama selera humor, dedikasi pada pekerjaan dan sukacita mereka dalam membantu orang lain. Tulisan ini mengenang mereka bertiga dan dampak yang mereka tinggalkan pada rekan-rekannya. Bagian ketiga tentang Saidi Kayiranga.

 

“Tiada hari berlalu tanpa membicarakan istri dan anak-anaknya. Dia ingin segera bertemu dengan mereka.”

Saidi belum sempat bertemu dengan putri keduanya yang baru lahir.

 

Saidi Kayiranga

Dia berkewarganegaraan Rwanda dan nama Saidi artiya “bahagia” dalam bahasa Arab. Saidi tampak bahagia saat menolong orang lain.

Ia geregetan untuk terjun ke lapangan di Yaman setelah tinggal selama dua minggu di karantina COVID-19 pada saat kedatangannya. Ia begitu bersemangat, bahkan minta untuk tinggal lebih lama agar punya lebih banyak waktu untuk melakukan asesmen di dua rumah sakit.

Sangat menjiwai pekerjaannya dan ingin membagikan hasil asesmennya, hasil kerja Saidi mengungkap adanya isu di dua departemen dan dia menawarkan solusi pragmatis, kata Avril Patterson, koordinator bidang kesehatan ICRC di Yaman.

“Dia sangat ingin kembali ke Yaman, karena dia melihat ada kebutuhan-kebutuhan yang dapat dia bantu atasi melalui pelatihan,” kata Avril. “Saidi bergabung dengan kami sebagai teknisi sinar-X tetapi sejatinya dia sosok yang mempunyai jiwa kemanusiaan. Dia tidak hanya khawatir dengan mesin atau staf tetapi juga pasien … Dia memang baru sebentar bersama kami di sini, tetapi karyanya akan terus berlanjut.”

Digambarkan sebagai sosok penyayang dan baik hati, Saidi sering berbicara tentang keluarganya. Dia sangat memuja istrinya, atas pengaruh besarnya pada kehidupannya dan atas dukungannya terhadap rencana hidupnya, kata Raphael Kerio, seorang ahli orto-prostetik di Yaman.

Saidi sangat terpukul karena akibat lockdown COVID-19 dia tidak bisa menemani istrinya di ruang bersalin untuk kelahiran putri keduanya baru-baru ini, tetapi ketika bayi Astra-Allen akhirnya lahir, sang ayah menangis gembira, kata Faith Mbijiwe, administrator di Rumah Sakit Pedesaan Bajil di Yaman.

“Kami menyaksikan momen kehadiran putrinya itu ke dunia melalui video call dengan ibunya dari ranjang rumah sakit. … Kamu begitu mencintai istri dan puterimu sehingga tiada hari berlalu tanpa kamu membicarakan mereka dan berharap dapat segera mengunjungi mereka,” kata Faith.

Jonathan Delchambre, seorang staf ekspatriat insinyur biomedik ICRC, mengingat bagaimana Saidi “berdedikasi penuh pada pelatihan dan peningkatan departemen radiologi di rumah sakit ini. Kendati tidak selalu mudah bekerja di rumah sakit ini, Saidi selalu bisa mengatasi tantangan dengan diplomasinya.”

Younis Elshalwi berada di kantor delegasi di Sana’a dan melepaskan staf yang berangkat ke bandara. Dia juga membantu mengurus koper Saidi dan saling melempar candaan dengannya hingga saat-saat terakhir.

“Saya bilang kepadanya, ‘Saidi, apakah kamu saidi meninggalkan kami?” kenang Younis. “Saidi artinya bahagia dalam Bahasa Arab. Saidi sangat bahagia ketika diberi tahu bahwa persoalan yang dia identifikasi terkait sinar-x di Bajil telah ditangani dengan segera sesuai rekomendasinya – dan dia merasakan semacam pencapaian. Saat saya menutup pintu bis ICRC, Saidi memberi saya isyarat dua tangan terima kasih dengan senyum kecilnya yang canggung.