Isworo Larasati

Setelah topan Haiyan menghantam Filipina pada tanggal 8 November tahun lalu, Isworo Larasati yang bekerja sebagai Asisten, merupakan satu-satunya staf lokal ICRC di Indonesia yang dikirim untuk membantu kantor Delegasi ICRC di Filipina. Isworo menyusul Andres Patino Umana, seorang staf ekspatriat di bidang Forensik, yang sebelumnya telah diberangkatkan untuk membantu Palang Merah Filipina melakukan identifikasi para korban tewas. [Lihat berita sebelumnya]. Isworo bekerja di ICRC sejak tahun 1999. Tugas seorang Asisten di ICRC adalah membantu Kepala Delegasi dan bertanggung-jawab untuk pengelolaan informasi. Selain Manila, dia juga pernah diperbantukan ke kantor delegasi regional ICRC di Kuala Lumpur selama sebulan.

Delegasi ICRC Filipina mempunyai 45 tenaga ekspatriat dan 257 staf lokal di seluruh Filipina, sementara di Manila sendiri terdapat sekitar 80 orang staf. Setelah terjadi bencana topan Haiyan, Rapid Deployment Unit (Unit Pelayanan Cepat) ICRC menerjunkan sekitar 80 orang staf baru dari kantor pusat di Jenewa, kantor delegasi ICRC di negara lain  dan perhimpunan nasional seperti Palang Merah Jerman, Palang Merah Norwegia, dan Palang Merah Finlandia. Selain itu, banyak staf lokal yang direkrut di lokasi bencana.

Peningkatan aktivitas ICRC secara dramatis dalam membantu korban topan Haiyan membuat beban kerja Asisten di Manila meningkat drastis. Untuk itu, Asisten tambahan dibutuhkan. Dalam kondisi seperti ini, yang dibutuhkan adalah Asisten yang berpengalaman karena segera setelah diterjunkan, dia langsung bekerja. Alhasil, Isworo pun diminta oleh Information Management Advisor-nya untuk berangkat ke Manila. “Saya berbagi tugas dengan Asisten di sana; antara lain mengerjakan tugas yang berkaitan dengan pengelolaan akses, yang memungkinkan staf baru bisa mengakses sistem informasi yang digunakan ICRC; membantu mendistribusi email-email yang banyak sekali diterima setelah bencana sehingga sampai kepada staf yang berkepentingan tepat pada waktunya; membantu staf dalam menggunakan program komputer standard ICRC, memberikan briefing kepada staf baru, serta mengerjakan tugas-tugas Asisten yang lain” jelas Isworo.

Tidak tersedianya infrastruktur memadai di lokasi bencana membuat Isworo jauh lebih dibutuhkan di Manila daripada terjun langsung ke lokasi bencana. “Sayangnya, saya belum bisa membantu di lokasi karena infrastruktur yang sebagian besar tidak berfungsi, seperti bangunan yang rusak, listrik tak tersedia, koneksi internet yang sangat lambat, dan piranti IT di kantor ICRC yang rusak sehingga kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan informasi belum bisa dijalankan.” imbuh Isworo.

Setelah dua minggu Isworo di sana, kegiatan Asisten di Manila sudah sedikit berkurang, karenanya ia dapat kembali ke Jakarta. Namun, ia harus selalu siap jika Manila membutuhkan tenaganya kembali.

Akhir Januari ini Isworo berangkat lagi ke Manila untuk menggantikan Asisten di Manila yang akan mengunjungi kantor subdelegasi ICRC di daerah bencana.

Isworo ketika menghadiri seminar di ICRC pusat, Jenewa.