Makassar – Sebanyak 20 orang staf kesehatan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari 10 provinsi dan 3 matra TNI mengikuti Pelatihan Pertolongan Pertama dan Manajemen Jenazah yang dilaksanakan di Makassar, Sulawesi Selatan, pada 31 Oktober – 2 November 2022. Pelatihan ini terselenggara atas kerjasama Komite Internasional Palang Merah (ICRC) dan Pusat Kesehatan (Puskes) TNI dengan para trainer dari Palang Merah Indonesia (PMI).

Peserta berasal dari Provinsi Sulawesi Selatan (5 personil), Sulawesi Tengah (2), Sulawesi Tenggara (1), Sulawesi Utara (2), Sulawesi Barat (1), Gorontalo (1), Maluku (2), Maluku Utara (2) Papua Barat (2) dan Papua (2). Dalam pelatihan ini, mereka mempelajari dan mempraktekkan berbagai aspek pertolongan pertama, seperti prinsip-prinsip dasar pertolongan pertama, biomekanika trauma, asesmen korban, resusitasi jantung paru (RJP), penanganan luka, penanganan patah tulang, penanganan luka bakar, pemindahan korban, dan triase.

Praktek RJP

 

Praktik pemindahan korban menggunakan bambu dan sarung

 

Praktik pembebatan luka

 

Praktik dokumentasi dan pendataan korban meninggal

 

Teknik memindahkan korban

Pemanfaatan benda-benda di sekitar korban untuk melakukan pertolongan pertama merupakan aspek penting yang ditekankan oleh para trainer. Misalnya, penggunaan pelepah pisang dan kardus untuk kasus patah tulang serta evakuasi korban dengan menggunakan bambu dan sarung/selimut. Pada simulasi pertolongan pertama dan evakusi korban ledakan bom di hari ketiga, berbagai teknik ini dipraktikkan oleh para peserta.

Simulasi penanganan dan evakuasi korban luka

 

Simulasi penanganan dan evakuasi korban luka

 

Simulasi pendataan dan dokumentasi potongan jenazah korban bom

Selain itu, peserta juga mempelajari dan mempraktekkan manajemen jenazah terutama dalam peristiwa yang memakan korban meninggal dalam jumlah banyak. Kepala Bidang DVI Mabes Polri Kombes Pol drg. Ahmad Fauzi menekankan dalam pemaparannya bahwa penanganan awal korban oleh tim penolong pertama akan sangat menentukan keberhasilan identifikasi korban oleh tim DVI (disaster victim identification).

Dalam berbagai peristiwa bencana di Indonesia, personil TNI sering kali menjadi yang pertama tiba di lapangan untuk memberikan respons, termasuk mengevakuasi jenazah. Oleh karena itu, para peserta mempelajari dan mempraktikkan langkah-langkah praktis penanganan jenazah dan potongan jenazah tidak hanya secara sistematis tetapi juga secara bermartabat.

Dalam sambutan yang dibacakan, Wakil Kepala Delegasi Regional untuk Indonesia dan Timor-Leste Dorothea Kritmisas menyampaikan bahwa pelatihan pertolongan pertama yang merupakan keahlian spesifik ICRC merupakan wujud peningkatan kerjasama dengan berbagai unit TNI, termasuk Puskes TNI, selain kerja sama di bidang Hukum Humaniter Internasional selama lebih dari dua dekade terakhir.

“Kalau merujuk ke sejarah berdirinya ICRC, pertolongan pertama di medan perang merupakan salah satu kerja kemanusiaan pertama yang dilakukan oleh organisasi ini. Pertolongan pertama bukan hanya isyarat untuk membantu, tetapi juga merupakan kewajiban hukum untuk memberikan perawatan yang imparsial kepada siapa saja yang terluka, sakit, atau tidak lagi ikut berperang,” jelas Dorothea.

ICRC menyelenggarakan Pelatihan Pertolongan Pertama bagi prajurit TNI sejak tahun 2017. Selain dengan TNI, pelatihan sejenis juga dilaksanakan untuk personil Polri. Pelatihan terakhir diadakan di Ambon, Maluku, pada 19-21 Oktober 2022 untuk personil Brimob dan di Bogor pada pada 27-30 September 2022 untuk prajurit TNI.