Yangon (ICRC) – Presiden Komite Internasional Palang Merah (ICRC), Mirjana Spoljaric, mengunjungi Myanmar pada tanggal 5-9 September lalu pada saat terjadinya ekskalasi konflik dan kekerasan, serta memburuknya kondisi kemanusiaan.
Masyarakat di wilayah-wilayah yang terkena dampak konflik menghadapi tantangan berat untuk bisa mengakses pelayanan kesehatan, sanitasi, air bersih, makanan, dan tempat tinggal. Hancurnya pelayanan kesehatan memicu meningkatnya penyakit yang semestinya dapat dicegah, sementara kekurangan pasokan medis memperparah kondisi yang dialami para korban luka dan pengidap penyakit kronis. Kekerasan yang terus berlanjut memaksa ribuan keluarga meninggalkan rumah mereka, sering kali hanya berbekal pakaian yang mereka kenakan.
Pada akhir kunjungannya, Presiden ICRC menyerukan akses kemanusiaan yang lebih besar bagi warga sipil yang membutuhkan bantuan di negara tersebut. Dia mengunjungi Negara Bagian Rakhine untuk melihat sendiri kebutuhan kemanusiaan yang sangat urgen.
“Banyak keluarga di Myanmar yang hidup tanpa obat-obatan dan perawatan kesehatan dasar, kekurangan makanan, dan minim akses ke air bersih dan sanitasi. Mereka hidup dengan ketakutan terhadap konflik dan kekerasan. Terganggunya mata pencaharian menyebabkan banyak orang kehabisan cara untuk sekedar bertahan hidup,” kata Presiden Spoljaric.
Penggunaan secara berkala senjata peledak berkekuatan tinggi ditemukan di banyak kawasan hunian, yang menyebabkan situasi yang mengkhawatirkan karena meningkatnya korban sipil. Selain itu, pembatasan terhadap pergerakan orang dan barang menghambat akses terhadap pelayanan penting di tengah ruang kemanusiaan yang kian menyempit.
Selama pertemuannya dengan Jenderal Senior Min Aung Hlaing, Ketua Dewan Administrasi Negara Myanmar, Presiden Spoljaric berbicara tentang niat dan kapasitas ICRC untuk meningkatkan bantuan kemanusiaannya sekaligus mengadvokasi akses yang lebih besar ke kawasan-kawasan yang terkena dampak konflik. Dia juga menggarisbawahi peran netral ICRC dan goal untuk menjangkau penduduk yang paling membutuhkan.
Kendati menghadapi tantangan sulit, tim ICRC tetap berkomitmen untuk menjangkau dan mendukung masyarakat yang paling rentan, terutama yang berada di Shan, Kachin, Rakhine, Myanmar tengah, dan kawasan-kawasan terdampak konflik di Negara Bagian Chin, Kayah, dan Kayin.
“Tekad ICRC untuk membantu rakyat Myanmar tetap teguh,” kata Presiden Spoljaric, yang menegaskan kembali komitmen organisasi tersebut untuk memenuhi kebutuhan kemanusiaan yang paling mendesak di negara tersebut. “Kami melakukan dialog bilateral dan konfidensial dengan semua pihak yang terlibat dalam konflik untuk mengingatkan tentang kewajiban mereka guna menghormati hukum humaniter internasional dan memastikan keselamatan warga sipil dan aktor-aktor kemanusiaan.”