Agensi Passport, Sana'a, Yemen. Para imigran di pusat deportasi. Kebanyakan dari mereka datang dari Tanduk Afrika (semenanjung di Afrika Timur). CC BY-NC-ND / ICRC / M-C. Feghali

Agensi Passport, Sana’a, Yemen. Para imigran di pusat deportasi.
Kebanyakan dari mereka datang dari Tanduk Afrika (semenanjung di Afrika Timur).
CC BY-NC-ND / ICRC / M-C. Feghali

Jenewa (ICRC) – Di seluruh dunia, ribuan imigran berada di dalam tahanan. Setelah menderita dalam perjalanan panjang yang berbahaya, para imigran seharusnya tidak dikenakan penahanan administratif kecuali merupakan upaya terakhir, dan Negara harus memberikan alternatif, kata Komite Internasional Palang Merah (ICRC) dalam kesempatannya pada hari migran internasional, 18 Desember.

Setiap hari, ratusan orang menghadapi cobaan berat dalam perjalanan ribuan kilometer melintasi darat atau laut untuk mencari masa depan yang lebih aman atau lebih baik. Melarikan diri dari Negara asal mereka karena konflik, penganiayaan atau kemiskinan, dan mempertaruhkan hidup dengan sebuah harapan untuk meningkatkan hidup mereka. Beberapa dari mereka berhasil mencapai tujuan yang diinginkan, yang lain menghilang tanpa jejak. Banyak yang ditangkap karena memasuki atau tinggal tidak sah di wilayah suatu negara dan berakhir di tahanan.

“Keadaan para imigran ini merupakan sebuah masalah yang sangat besar,” kata Stéphanie Le Bihan, yang bertanggung jawab atas masalah migrasi di ICRC. “Sambil menunggu deportasi, mereka dapat ditahan selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Penahanan yang tidak menentu dan ketidakpastian dapat menyebabkan kesehatan mental mereka memburuk secara signifikan. Hal ini bahkan lebih serius bagi banyak imigran yang sudah menderita trauma fisik dan mental.” Oleh karena itu penahanan para imigran harus dilakukan hanya sebagai upaya terakhir, dan atas dasar penilaian individu.

Agensi Passport, Sana'a, Yemen. Seorang anak berdiri di luar sel tahanan ibunya. Pada tahun 2013, ICRC membangun tempat bermain untuk anak-anak ini, yang mana mereka bisa menunggu berbulan-bulan bersama ibunya sebelum dipulangkan. CC BY-NC-ND / ICRC / M-C. Feghali

Agensi Passport, Sana’a, Yemen. Seorang anak berdiri di luar sel tahanan ibunya.
Pada tahun 2013, ICRC membangun tempat bermain untuk anak-anak ini, yang mana mereka bisa menunggu berbulan-bulan bersama ibunya sebelum dipulangkan.
CC BY-NC-ND / ICRC / M-C. Feghali

“Para pihak yang berwenang harus lebih mempertimbangkan kemungkinan bagi para imigran untuk mempertahankan kebebasan atau alternatif lain untuk penahanan mereka,” kata Le Bihan. “Jika jalan lain untuk penahanan benar-benar diperlukan, mereka harus memastikan bahwa tahanan diperlakukan dengan baik dan ditahan dalam kondisi yang layak.” ICRC percaya bahwa kondisi untuk orang-orang dalam penahanan administratif harus berbentuk non-hukuman, dan pembatasan hanya dilakukan pada apa yang benar-benar diperlukan saja.

Anak-anak, khususnya mereka yang tanpa pendamping, sangat rentan dan kebutuhan untuk perkembangan mereka tidak dapat terpenuhi di tempat-tempat penahanan. Bagi mereka, langkah-langkah lain harus diterapkan, seperti penempatan di tempat penampungan terbuka di mana mereka akan menerima dukungan dan bantuan, dan memiliki akses ke pendidikan. Keluarga harus tinggal bersama-sama, dan bukannya malah menahan anak-anak dengan orang tua mereka, cara lain yang terbaik harus ditemukan bagi seluruh keluarga.

Di sejumlah Negara dimana ICRC mengunjungi para imigran di tempat-tempat penahanan untuk melihat kondisi di mana mereka ditahan, perlakuan yang mereka terima, apakah mereka diberikan proses hukum, dan apakah mereka juga mendapatkan akses untuk berhubungan dengan dunia luar. ICRC berusaha mempertahankan dialog yang konstruktif dengan para pihak yang berwenang dengan maksud mewujudkan perbaikan yang diperlukan. ICRC bekerja hanya untuk kemanusiaan; ICRC tidak mencoba untuk mencegah ataupun mendorong orang untuk bermigrasi.

Agensi Passport, Sana'a, Yemen. Seorang wanita Etiopia dan bayinya menunggu proses deportasi. CC BY-NC-ND / ICRC / M-C. Feghali

Agensi Passport, Sana’a, Yemen. Seorang wanita Etiopia dan bayinya menunggu proses deportasi.
CC BY-NC-ND / ICRC / M-C. Feghali