Program Akhlak Kemanusiaan atau Eksplorasi Hukum Humaniter (EHH) kerjasama ICRC dengan Pondok Pesantren Darunnajah dan UIN Jakarta, kini telah memasuki putaran kedua, ditandai dengan pelatihan untuk para guru yang diselenggarakan di Cipanas pada tanggal 4-6 September 2014, diikuti oleh 24 Ustadzah dan Ustadz dari pesantren-pesantren terkemuka se-Indonesia dan Thailand Selatan.

Akhlak Kemanusiaan adalah program pendidikan yang mengenalkan kaidah dan prinsip dasar Hukum Humaniter Internasional (HHI) bagi siswa berusia 13 hingga 18 tahun. EHH tidak hanya mengajarkan HHI sebagai bagian dari hukum internasional semata, EHH lebih bertujuan mengeksplorasi isu-isu yang berkaitan dengan kemanusiaan, etika dan moral yang kerap muncul pada saat konflik bersenjata. Di Indonesia, eksperimentasi program ini telah berjalan sukses di 11 pesantren pada tahun 2012-2013. Keberhasilan eksperimentasi tersebut membuat program ini dikontekstualisasikan dengan nama Akhlak Kemanusiaan.

KH. Saifuddin Arief, SH, MH, Ketua Yayasan Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta membuka pelatihan,” Kami bersyukur program Akhlak Kemanusiaan (EHH) di pesantren terus berlangsung dan semoga kian memberi manfaat maksimal di masa depan karena ilmu yang dipelajari tersebut sangat penting.” “Nilai-nilai programnya sangat Islami sehingga mudah diterima pesantren,” sambung Iin Handayani Dewi dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

“Yang terpenting dalam program ini adalah memberi kesempatan bagi anak-anak dan remaja untuk berpikir reflektif tentang masalah-masalah kemanusiaan sehari-hari. Program ini sukses karena komitmen dan semangat dari kalangan pesantren,” tegas Christoph Sutter, Kepala Delegasi ICRC Indonesia.

Duduk ki-ka: Ustadz Munady Haji Daud dari Pondok Tuntanjong (Thailand Selatan), Andrew Bartles-Smith (Penasihat Regional untuk Urusan Kemanusiaan), Christoph Sutter (Kepala Delegasi ICRC Indonesia), KH. Saifuddin Arief, SH, MH (Ketua Yayasan Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta) dan Iin Handayani Dewi (International Office, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) berfoto bersama panitia dan para peserta dari Pondok Pesantren: Darussalam, Tanjongmas, Narathiwat (Thailand Selatan), Dayah Jeumala Amal (Aceh), Diniyyah Puteri (Sumatera Barat), Assalam (Kalimantan Timur), IMMIM (Sulawesi Selatan), Al Istiqomah (Sulawesi Tengah), Harisul Khairat (Maluku Utara), PERSIS Tarogong (Jawa Barat), Cipasung (Jawa Barat), Darussalam (Jawa Barat), Darussalam, Gontor, (Jawa Timur), Tebu Ireng (Jawa Timur) / ICRC Jazmi Adlan Bohari.

Duduk ki-ka: Ustadz Munady Haji Daud dari Pondok Tuntanjong (Thailand Selatan), Andrew Bartles-Smith (Penasihat Regional untuk Urusan Kemanusiaan), Christoph Sutter (Kepala Delegasi ICRC Indonesia), KH. Saifuddin Arief, SH, MH (Ketua Yayasan Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta) dan Iin Handayani Dewi (International Office, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) berfoto bersama panitia dan para peserta dari Pondok Pesantren: Darussalam, Tanjongmas, Narathiwat (Thailand Selatan), Dayah Jeumala Amal (Aceh), Diniyyah Puteri (Sumatera Barat), Assalam (Kalimantan Timur), IMMIM (Sulawesi Selatan), Al Istiqomah (Sulawesi Tengah), Harisul Khairat (Maluku Utara), PERSIS Tarogong (Jawa Barat), Cipasung (Jawa Barat), Darussalam (Jawa Barat), Darussalam, Gontor, (Jawa Timur), Tebu Ireng (Jawa Timur) / ICRC Jazmi Adlan Bohari.

Pelatihan diwarnai dengan suasana yang seru dan meriah. Modul-modul yang sebenarnya “berat” yakni tentang Perspektif Kemanusiaan, Pembatasan dalam Konflik Bersenjata, Hukum Humaniter Internasional di Lapangan, Menangani Pelanggaran dan Merespons Konsekuensi Konflik Bersenjata disampaikan lewat diskusi interaktif dan permainan-permainan yang menyenangkan, sehingga seluruh peserta gembira berpartisipasi.

Suasana pelatihan dipenuhi dengan diskusi interaktif yang seru dan meriah/ ICRC Jazmi Adlan Bohari.

Suasana pelatihan dipenuhi dengan diskusi interaktif yang seru dan meriah/ ICRC Jazmi Adlan Bohari.

ki-ka: Ustadz TM Asmul Karim dari Dayah Jeumala Amal (Aceh), Ustadzah Aat Rosidah dari Pesantren Cipasung (Tasikmalaya, Jawa Barat) dan Ustadz Idris Ali dari Pesantren Harisul Khairat (Tidore, Maluku Utara)/ ICRC Jazmi Adlan Bohari.

ki-ka: Ustadz TM Asmul Karim dari Dayah Jeumala Amal (Aceh), Ustadzah Aat Rosidah dari Pesantren Cipasung (Tasikmalaya, Jawa Barat) dan Ustadz Idris Ali dari Pesantren Harisul Khairat (Tidore, Maluku Utara)/ ICRC Jazmi Adlan Bohari.

“Saya tidak sanggup mencurahkan semua karena begitu banyaknya pengalaman. Saya, sungguh senang dan mulai sadar akan kekurangan ilmu, setelah bertemu pemberi materi serta teman-teman dari daerah lain. Mereka banyak memberi masukan ilmu baru. Saya juga bahagia dengan kehadiran teman-teman yang kocak… hahaha,” ungkap Ustadz TM Asmul Karim dari Dayah Jeumala Amal, Aceh, setelah pelatihan usai.

¨Ada banyak wawasan yang didapat. Banyak pertanyaan mengganjal di hati yang terjawab setelah pelatihan. Uniknya, pengetahuan ini tidak diberi dengan cara menggurui, namun dengan memotivasi untuk menemukan sendiri jawaban dengan metode yang menyenangkan,¨ papar Ustadz Faiz Fauzan dari Perguruan Diniyyah Puteri, Padang Panjang.

¨Kegiatan ini luar biasa, saya dapatkan, banyak ilmu tentang prinsip-prinsip hidup tentang akhlak kemanusiaan, sebuah metode pembelajaran yang sangat sesuai dengan kebutuhan di kelas saat mengajar,¨ tutur Ustadz Idris Ali dari Pesantren Harisul Khairat, Tidore.

“Alhamdulillah wa syukru ‘ala ni’amillah. Materinya memiliki banyak kesesuaian dengan materi Palang Merah Remaja (PMR). Pesantren Cipasung memiliki PMR yang maju. Untuk rencana implementasi kelas, saya dan Ustadz Saepul Uyun akan memasukkan ke dalam materi pelajaran Aqidah Akhlak dan Tafsir Qur’an,” ujar Ustadzah Aat Rosidah dari Pesantren Cipasung Tasikmalaya.

Senyum usai pelatihan/ ICRC

Senyum usai pelatihan/ ICRC