Ambon – Adat istiadat dan tradisi persaudaraan merupakan faktor perekat kemajemukan masyarakat. Di Maluku, tradisi membantu menjaga orang Maluku dengan agama, latar belakang, dan etnis berbeda untuk tetap hidup secara damai dan harmonis.

Komite Internasional Palang Merah (ICRC) bersama Palang Merah Indonesia (PMI) mengembangkan sebuah program dengan nama “Nilai-Nilai Kemanusiaan” untuk mengeksplorasi kerangka pokok pelindungan dan promosi martabat manusia berdasarkan kekayaan nilai-nilai dan adat istiadat di Indonesia.

Salah satu tujuan utama dari program ini adalah merangkai kesamaan guna menjembatani konvergensi antara kerangka hukum internasional yang relevan, seperti Hukum Humaniter Internasional (HHI) dan Hukum Hak Asasi Manusia (HAM) Internasional, dengan adat istiadat di seluruh Indonesia, seperti Pela Gandong di Ambon atau Ain Ni Ain di Kei, serta nilai-nilai agama yang mempromosikan martabat manusia.

Untuk itu, ICRC bersama perguruan tinggi di Ambon menyelenggarakan serangkaian diskusi dengan para pakar setempat dan kuliah umum bagi mahasiswa. Kuliah umum pertama diselenggarakan di Universitas Pattimura pada 17 Februari 2020 dan yang kedua dan ketiga digelar di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon dan Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) pada 18 Februari 2020.

“Kami sudah mengidentifikasi setidaknya sepuluh nilai inti yang menjadi landasan pelindungan martabat manusia yang berasal dari semua agama dan budaya di seluruh dunia. Di antaranya adalah pelindungan integritas fisik dan psikis, pelindungan martabat seksual, pelindungan wanita dan anak-anak, perlakuan terhadap jenazah secara bermartabat, dan pelindungan pelayanan kesehatan,” kata Alexandre Faite, Kepala Delegasi Regional ICRC untuk Indonesia dan Timor-Leste.

Terlepas dari nilai-nilai yang ada pada berbagai instrumen hukum, Alexandre meyakini prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang terdapat dalam berbagai adat istiadat dan agama akan lebih efektif mendorong pelindungan dan penghormatan terhadap martabat manusia. Karenanya, ICRC ingin belajar, berdiskusi, dan bekerja sama dengan akademisi, tokoh masyarakat dan agama di Ambon untuk mendapatkan umpan balik yang sangat dibutuhkan, imbuhnya.

“PMI sangat mendukung inisiatif ini, karena meyakini bahwa nilai-nilai kemanusiaan dapat menyelesaikan banyak persoalan. Indonesia adalah negara yang sangat majemuk. Kekuatan nilai kemanusiaan yang universal akan diperkuat dengan adat istiadat dan kearifan lokal,” kata Sudirman Said, Sekretaris Jenderal PMI Pusat yang juga hadir di Ambon. Beliau juga mengungkapkan harapannya agar nilai-nilai kemanusiaan yang akan dipadukan dengan kearifan lokal Indonesia dapat menjadi referensi pendidikan tentang kemanusiaan di tanah air.

 

Kuliah umum

Sesi kuliah umum di Universitas Pattimura dibuka oleh Rektor Unpatti, Prof. Dr. M.J. Saptenno, S.H, M.Hum dan diikuti oleh lebih dari 160 orang mahasiswa, dosen dari berbagai fakultas dan perguruan tinggi, aktivis organisasi kemanusian, dan advokat. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa ada banyak nilai kemanusiaan yang bisa digali di Maluku secara umum dan Ambon secara khusus.

“Namun bagi akademisi seperti kami, nilai-nilai kemanusiaan menjadi tidak bermanfaat kalau tidak diamalkan. Ambon kini sudah menjadi kota yang aman karena kami cepat memaafkan dan ini adalah salah satu contoh pengamalan nilai-nilai kemanusiaan yang sudah lama ada dalam adat istiadat kami,” Prof. Saptenno menambahkan.

Selain di Universitas Pattimura, kuliah umum juga dilaksanakan di IAIN Ambon dengan tema “Islam dan Kemanusiaan: Eksplorasi Prinsip-prinsip Kemanusiaan dari Hukum Islam. Kuliah ini menghadirkan Dr. Ahmed Al-Dawoody sebagai pembicara utama. Beliau adalah penulis buku “Hukum Perang Islam” yang sudah diterjemahkan dan diterbitkan dalam berbagai bahasa, termasuk Bahasa Indonesia.

Rektor IAIN Ambon, Dr. Hasbollah Toisuta, M.Ag, yang membuka kuliah umum menjelaskan bahwa fakta multikulturisme sangat disadari oleh masyarakat Maluku dan IAIN sudah menerjemahkan multikulturisme ke dalam kurikulum IAIN.

“Pela Gandong sudah ditransformasikan secara akademik melalui perjanjian Pela antara IAIN Ambon dengan Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) dan perjanjian Gandong antara IAIN Ambon dan IAKN Ambon. Pengajar dan peneliti dari ketiga institusi ini dapat saling berkolaborasi dalam membangun kemanusiaan yang universal dengan dukungan ICRC dan PMI,” jelas Dr. Hasbolla Toisuta.

Pada hari yang sama, ICRC juga diundang secara untuk memberikan kuliah umum mengenai nilai-nilai kemanusiaan di IAKN Ambon yang dihadiri oleh sekitar 70 orang mahasiswa dan dosen.

Kunjungan ke Ambon adalah yang pertama dari serangkaian roadshow ICRC dan PMI untuk konsultasi ke seluruh Indonesia. Kunjungan serupa juga akan dilakukan pada tahun ini ke Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Bali, dan Nusa Tenggara. Kunjungan-kunjungan ini kemudian akan berpuncak pada pertemuan para pakar di mana para tokoh masyarakat dan agama serta akademisi akan diundang untuk mempertajam nilai-nilai inti yang terkandung dalam program “Nilai-Nilai Kemanusiaan”.

Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Christian Donny Putranto, chputranto@icrc.org atau +62 818 06365929
Novriantoni Kaharudin, nkaharudin@icrc.org atau +62 81298851589