Bagaimana jadinya jika terjadi insiden dengan korban massal di tengah situasi pandemi seperti saat ini? Manajemen jenazah merupakan rangkaian langkah-langkah penanganan jenazah yang dilakukan sejak jenazah dicari, ditemukan, hingga diidentifikasi. Dalam situasi darurat, setiap tahap penanganan jenazah ini menjadi penting mengingat keterbatasan sumber daya, situasi, dan akses yang diakibatkan oleh kondisi kedaruratan seperti bencana alam maupun non-alam. Dalam situasi kedaruratan non-alam, seperti pandemi COVID-19, aspek perlindungan risiko transmisi penyakit sangat menular terhadap petugas penanganan jenazah juga perlu diperhatikan.
Tanggal 11-13 September 2020 lalu, di Bandung, Palang Merah Indonesia Kota Bandung menyelenggarakan sebuah lokalatih manajemen jenazah yang diikuti oleh 25 perserta dari elemen relawan dan staf PMI Bandung serta Damkar Kota Bandung – mereka adalah para first responders yang berada di garis depan respons terhadap insiden atau situasi kedaruratan dengan korban massal.
Komite Internasional Palang Merah (ICRC) turut mendukung kegiatan ini dengan hadir sebagai narasumber. Dr. Hans Peter Tari Herewila, Health Officer ICRC, bersama Istianasari, Kepala Sub Divisi Kesehatan Darurat dan Mahfud, staf Sub Divisi Kesehatan Darurat, memberi materi tentang manajemen jenazah dalam situasi kedaruratan, serta peran penolong pertama (first responders) dalam manajemen jenazah. Selain perwakilan ICRC dan PMI Pusat, turut hadir Tri dari PMI Provinsi Jawa Barat yang menjelaskan tentang pemulihan hubungan keluarga dan dukungan psikososial untuk personil dan keluarga korban.
Acara ini juga didukung oleh Unit Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jabar. DVI Commander, Dr. drg. Nelson Situmorang, Sp. BM(K)., MH. Kes, Kasubbid Dokpol Biddokkes Polda Jabar turut memberikan materi terkait kegiatan DVI di lingkup nasional dan Jawa Barat, serta koordinasi lintas sektor dalam operasi DVI.
Untuk memperdalam ilmu yang didapat di ruang kelas, peserta diajak melakukan simulasi di lapangan, menangani skenario latihan berupa sebuah kecelakaan bus berpenumpang 50 orang, yang tergelincir di Cikole, Lembang. Ada 10 korban jiwa dalam simulasi ini. Di dalam peristiwa rekaan ini, peserta menerapkan penanganan jenazah dengan tetap menjunjung martabat korban walaupun tengah berada dalam situasi pandemi.
Peserta aktif mengajukan pertanyaan serta melakukan konfirmasi tentang apa yang seharusnya dilakukan dan tidak kepada para narasumber, berdasarkan pengalaman peserta di lapangan. Kegiatan lokalatih dan simulasi ini menjadi tempat pertukaran ilmu antara berbagai pihak terkait dalam penanganan jenazah dalam situasi kedaruratan. Melalui kegiatan ini, diharapkan kapasitas para penolong pertama dalam manajemen jenazah dapat terasah dan berguna saat diperlukan.