Dalam beberapa minggu terakhir ini, Komite Internasional Palang Merah (ICRC) telah mengunjungi ribuan tahanan baru, mengevakuasi sekitar 50 pasien korban luka senjata dari Sirte dan mengirimkan pasokan perlengkapan medis ke Bani Walid. Saat ini, kelompok ahli terkait ICRC memberikan masukan kepada otoritas transisi mengenai pengurusan kuburan massal berikut jenazah yang ada di dalamnya.

“Sejak akhir Agustus lalu, kami telah mengunjungi sekitar 6.000 tahanan di Tripoli dan sekitarnya, termasuk 2.500 tahanan di Misrata,” kata Hanan Salah, seorang delegasi ICRC. “Mereka ditahan di lebih dari 30 tempat berbeda, beberapa di antaranya cukup layak tinggal untuk para tahanan dibandingkan dengan yang lainnya. Kadang-kadang dan bila dibutuhkan, kami meminta pihak berwenang untuk menempatkan para tahanan di fasilitas penahanan yang semestinya, bukan bangunan darurat seperti sekolah.”

Dalam beberapa minggu terakhir ini, ICRC mendapat akses ke beberapa fasilitas penahanan baru di bawah kewenangan Dewan Militer di Tripoli dan di kota-kota terdekat seperti Zawiya, Sabratha, Zuara dan Khoms, dan juga di Misrata. Termasuk di antaranya adalah mengunjungi tempat penahanan baru di Benghazi. Mendapatkan akses ke semua tahanan baru merupakan prioritas ICRC, terutama di daerah atau di sekitar lokasi terjadinya bentrokan akhir-akhir ini.

Sejauh ini ICRC telah mengunjungi sekitar 50 tempat penahanan di seluruh Libya yang menampung lebih dari 7.000 tahanan. Sekitar 1.500 tahanan yang dikunjungi adalah warga negara asing, sebagian besar dari sub-Sahara Afrika.

Tujuan dari kunjungan ini adalah untuk memantau perlakuan terhadap para tahanan dan kondisi tempat mereka ditahan. Delegasi ICRC mengunjungi keseluruhan kompleks penahanan, melakukan wawancara tanpa pihak ketiga terhadap para tahanan, melakukan kunjungan lanjutan dan menyampaikan berbagai temuannya hanya kepada pihak berwenang.

Selain itu, ICRC juga memberikan kesempatan bagi para tahanan untuk menghubungi keluarga mereka melalui telepon untuk memberi kabar bahwa mereka selamat. Di sejumlah besar tempat penahanan, delegasi ICRC juga mendistribusikan beberapa perlengkapan keseharian seperti pakaian, seprai, kasur, ember dan perlengkapan kebersihan.

Kondisi di Bani Walid

Pada tanggal 17 Oktober lalu, staf ICRC memasuki kota Bani Walid dan mengunjungi Rumah Sakit Pusat disana.

“Kami seperti menemukan kota hantu yang meninggalkan bekas telah terjadi pertempuran sebelumnya,” kata Dejan Ivkov, delegasi ICRC yang bertanggung jawab atas kegiatan ini. “Ketika kami sampai di rumah sakit, kami hanya menemukan beberapa orang petugas medis tanpa pasien, namun tak lama kemudian tim medis yang dikirim oleh pihak berwenang datang membawa beberapa pasien untuk dirawat.” Staf ICRC mengirimkan persediaan perlengkapan bedah yang cukup untuk merawat hingga 100 korban luka senjata, penyangga luar untuk menstabilkan tulang patah, 40 kantong mayat dan perlengkapan kebersihan ke rumah sakit tersebut.

“Di jalan, kami melihat sekitar 25 ambulans mengevakuasi korban luka ke Rumah Sakit Mizdah dan klinik Shmeikh,” tambah Ivkov. ICRC telah mengirimkan perlengkapan medis yang cukup untuk merawat 50 pasien dan penyangga tulang patah beberapa hari sebelumnya ke Rumah Sakit Mizdah, fasilitas kesehatan terdekat dari Bani Walid dimana para korban luka senjata dirawat.

Situasi kian membaik di Rumah Sakit Sirte

Air bersih masih menjadi persoalan di Rumah Sakit Ibn Sina, Sirte. Dalam beberapa hari terakhir ini, sebuah truk tangki memasok air bersih yang cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum, tetapi kebutuhan air bersih di rumah sakit ini sangat tinggi sehingga diperlukan solusi jangka panjang. Seorang insinyur ICRC kemarin sudah tiba di lokasi untuk melakukan beberapa perbaikan yang paling mendesak.

Staf ICRC mengevakuasi 21 pasien luka dari Rumah Sakit Ibn Sina untuk mendapatkan perawatan medis lebih lanjut pada tanggal 17 Oktober lalu. Meskipun petugas medis dan relawan telah tiba di rumah sakit itu belum lama ini, pasien masih belum bisa dirawat di sana. Mereka kemudian diterbangkan ke Tripoli untuk perawatan khusus.

Sejak 6 Oktober lalu, ICRC telah mengevakuasi 49 pasien dari Sirte. Pada tanggal 1 dan 3 Oktober, peralatan medis yang sangat dibutuhkan berhasil dipasok ke rumah sakit yang terkepung.

Operasi kecil dan tindakan medis untuk stabilisasi keadaan kini bisa dilakukan di Rumah Sakit Ibn Sina. Oksigen botol yang disediakan oleh ICRC juga masih tersedia.

Staf ICRC dan relawan Bulan Sabit Merah Libya telah memasok 5,6 ton makanan untuk dapur rumah sakit. Mereka juga menyediakan makanan bayi, susu bayi dan makanan lainnya untuk warga sipil yang masih tinggal di rumah sakit.

Warga sipil harus diselamatkan

Dalam beberapa minggi terakhir ini, ICRC dan Bulan Sabit Merah Libya telah memberikan bantuan kepada lebih dari 30.000 pengungsi dari Sirte dan Bani Walid. Jatah makanan untuk satu bulan, perlengkapan kebersihan, makanan bayi, susu bayi dan popok telah didistribusikan untuk membantu mereka bertahan dalam kondisi hidup yang serba sulit di tempat pengungsian. Banyak orang melarikan diri ke desa-desa dan oasis seperti Harawa atau Wadi Mrah dekat Sirte, atau Tininaya, Shmeikh, Mizdah atau Nasmah sebelah selatan dan barat Bani Walid, atau ke daerah padang pasir di sekeliling dua kota itu.

Sekitar 3.000 orang pengungsi yang baru-baru ini tiba di sebuah kamp dekat Benghazi sangat membutuhkan makanan dan perlengkapan kebersihan lain yang kemudian bisa dipenuhi ICRC. ICRC dan Bulan Sabit Merah Libya juga mendistribusikan bantuan bagi sub-Sahara Afrika dan kelompok rentan lainnya di tempat-tempat seperti Misrata dan Harawa.

ICRC mengkhawatirkan sebagian penduduk sipil yang mungkin masih terjebak dan kemungkinan dalam kondisi mengenaskan di Sirte dan Bani Walid. ICRC juga terus memantau situasi penduduk sipil di kawasan lain di Libya. Berdasarkan Hukum Humaniter Internasional, semua pihak yang terlibat dalam konflik harus menempuh semua langkah untuk melindungi penduduk sipil.

Forensik kemanusiaan

Di berbagai kawasan di Libya, jenazah atau tulang belulang sering kali ditemukan di kuburan massal, rumah sakit dan beberapa tempat lainnya. Beberapa minggu yang lalu, antara Red Valley dan barat daya Sirte, delegasi ICRC menemukan delapan jenazah yang dibiarkan dalam keadaan tidak terkubur atau ditimbun pasir.

Sementara banyak jenazah yang belum diakui oleh keluarganya, ribuan keluarga sedang menantikan berita tentang anggota keluarga yang  hilang. Komisi Nasional untuk Orang Hilang yang baru dibentuk meminta ICRC untuk memberikan dukungan untuk kebutuhan forensik dan penanganan jenazah.

“Relawan, dinas kesehatan dan keagamaan setempat ingin secepatnya membongkar kuburan missal yang mereka tahu,” kata Mariko Kushima, delegasi ICRC. “Hingga beberapa minggu lalu, kami menghadapi situasi krisis, sehingga kami segera memberikan dukungan dan pelatihan kepada relawan Bulan Sabit Merah Libya untuk memastikan bahwa jenazah-jenazah dapat diidentifikasi dengan benar.”

Kedatangan dua ahli forensik lain dan seorang delegasi ICRC yang berpengalaman di bidang penanganan isu orang hilang, ICRC mengambil peran sebagai penasehat dan merekomendasikan pendekatan yang lebih koheren di level nasional.

“Peran ICRC adalah untuk membantu Komisi untuk Orang Hilang dan pihak berwenang lainnya untuk mengumpulkan beberapa ahli forensik dan mengadakan pelatihan dan membuat  pedoman bagi semua yang terlibat,” jelas Kushima. “Tujuan kami adalah untuk membantu memberikan jawaban bagi para keluarga yang berduka dan memperjuangkan hak mereka untuk mengetahui nasib sanak keluarga yang hilang. ICRC tidak terlibat dalam pengumpulan bukti yang dapat digunakan dalam proses peradilan apapun.”

Minggu ini, ICRC membantu penggalian dari lima jenazah di sebuah kuburan massal di Al Qa’laa, di pegunungan Jebel Nefusa. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan data untuk identifikasi post mortem (jenazah).