Jenewa / Beirut (ICRC) – Komite Internasional Palang Merah (ICRC) meminta Negara-negara Pihak Konvensi Cluster Munitions pada konferensi kedua di Beirut untuk segera mengimplementasikan komitmen mereka untuk membersihkan dan menghancurkan stok bom curah yang mereka miliki dan memastikan perkembangan yang dapat diukur dalam hal penyediaan bantuan bagi para korban, serta mempromosikan kepatuhan semua negara terhadap Konvensi tersebut.
“Selama 10 bulan terakhir, trennya positif dengan hampir 65 juta submunisi telah dihancurkan sebagai dampak langsung dari Konvensi, dan upaya pembersihanpun sedang berjalan,” kata Christine Beerli, wakil presiden ICRC, pada pertemuan yang berakhir kemarin (Rabu, 20/8) di Lebanon. Lebanon adalah salah satu negara yang paling parah terkena dampak cluster munitions (bom curah) dan mengakibatkan penderitaan jangka panjang bagi warga sipil.
Sejak pertemuan pertama Negara-negara Peserta Konvensi di Laos tahun lalu, berbagai komitmen baru yang substansial telah tercapai untuk membantu negara-negara yang terkena dampak bom curah dan juga untuk memenuhi kebutuhan Negara-negara lain. Efek gabungan dari pertemuan di Laos dan Lebanon adalah untuk memastikan adanya kemajuan dalam penghancuran persediaan bom curah dan pembersihan munisi, sementara pemberian bantuan bagi para korban dapat dilaporkan, dipantau dan didukung setiap tahunnya.
“Dalam 10 bulan terakhir juga terlihat adanya peningkatan secara stabil jumlah negara pihak yang bergabung dalam Konvensi – meningkat dari 46 menjadi 63 negara. Negara Pihak dan Negara Penanda Tangan telah membuat pilihan politik dengan bergabung dalam Konvensi ini,” papar Beerli. “Tugas kami sekarang ini adalah bergerak dari visi politik ke aksi nyata guna memusnahkan senjata yang telah menyebabkan dampak yang sangat buruk bagi warga sipil.”
Konvensi Cluster Munitions mulai berlaku sejak tanggal 1 Agustus 2010. Total 109 negara telah menandatangani Konvensi pada saat dibukanya penandatangan konvensi pada tahun 2009, dan 63 negara lain telah meratifikasinya.