Lima orang wanita yang berada di pusat ortopedik ICRC di Kabul berbicara tentang tantangan khas yang biasanya dihadapi oleh wanita yang terluka akibat perang. Kami akan menurunkan tulisan dalam lima edisi untuk mengangkat kisah mereka.

 

“Sebagian tubuh saya hilang,

tapi saya memiliki diri saya seutuhnya”

Foto dan cerita: ©Nick Danziger

Karima dan Rahima

Karima sedang memberikan arahan kepada salah satu pasiennya.
©Nick Danziger

Perjalanan yang harus ditempuh dalam proses pemulihan baik secara fisik dan emosional maupun secara ekonomi – acap kali sangat panjang, menyakitkan dan sulit. Isyarat lembut tapi penuh keyakinan dari fisioterapis seperti Karima (foto di samping) dan Rahima telah membantu banyak orang membuat langkah-langkah penting untuk kembali ke kondisi normal.

“Sejak pagi hingga petang kami semua sangat, amat sibuk,” kata Karima. Karima bersama Rahima adalah kepala fisioterapis di pusat ortopedi ICRC. “Rahima dan saya sendiri menangani rata-rata 35-40 pasien perempuan setiap hari.”

Karima mempunyai alasan khusus untuk berempati kepada pasien-pasiennya. Pada saat berusia 12 tahun, dia dan saudara laki-lakinya terjebak dalam baku tembak. Padahal mereka hanya menyeberang jalan untuk mengunjungi kakek dan nenek mereka. Empat peluru meremukkan lutut Rahima sehingga dia harus segera di amputasi. Dia lalu mendapat kaki palsu dari pusat ortopedi ICRC.