Palu, Sulawesi Tengah – Komite Internasional Palang Merah (ICRC) bersama dengan para pemangku kepentingan terkait menggelar diskusi tentang manajemen jenazah pada saat bencana 2018 lalu dan dilanjutkan dengan sesi praktik pencarian dan pemulihan jenazah. Diskusi dan sharing pengalaman dilaksanakan selama sehari pada hari Selasa (26/02) sedangkan sesi praktik dilaksanakan pada dua hari berikutnya, Rabu dan Kamis. Rangkaian kegiatan selama tiga hari ini diikuti oleh setidaknya 49 orang dari berbagai institusi dan 11 jurnalis lokal sebagai observer.
Kegiatan ini melibatkan beberapa institusi yang terlibat secara aktif dan memiliki perhatian khusus pada upaya penanganan jenazah pasca bencana gempa bumi, tsunami dan likuifaksi tahun lalu, seperti TNI, Polri, Dinas Sosial, BPBD, akademisi, Palang Merah Indonesia (PMI), Dompet Dhuafa, dan beberapa istitusi dan organisasi lain. Rangkaian kegiatan ini difasilitasi oleh pakar forensik ICRC, Eva Bruenisholz, dan dihadiri oleh Kepala Delegasi Regional ICRC untuk Indonesia dan Timor-Leste, Alexandre Faite.
Dalam acara pembukaan yang juga dihadiri oleh Muhammad Muas, Pengurus Pusat Bidang Relawan PMI, dan dibuka secara resmi oleh Mohammad Faizal, Asisten I Bidang Kesra Pemda Provinsi Sulawesi Tengah, Alexandre Faite mengungkapkan apresiasi mendalam atas upaya dan kerja keras semua pihak terkait penanganan jenazah pasca bencana di Palu. Dia menekankan bahwa diskusi dan sharing ini penting bagi ICRC untuk mendengar pengalaman dari semua pihak yang terlibat di lapangan.
“ICRC mengadakan kegiatan seperti ini bukan untuk menggurui tetapi untuk belajar dari pengalaman respon bencana Sulawesi Tengah. Dari pengalaman itu, kami berharap untuk bisa bekerja sama dalam mengembangkan dan merumuskan kembali beberapa panduan tanggap bencana berskala besar di bidang manajemen jenazah,” kata Alexandre Faite.
Sementara itu, sesi praktik pencarian dan pemulihan jenazah pada hari kedua dan ketiga didasarkan pada panduan yang disusun bersama-sama oleh beberapa organisasi internasional, termasuk ICRC dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sesi ini diikuti oleh para relawan dan memperkenalkan kepada peserta tentang praktek dan standar pencarian dan pemulihan jenazah yang sudah diterima secara internasional.
Menurut Eva Bruenisholz, sesi ini penting bagi responden pertama karena mereka adalah aktor penting di lapangan pada saat bencana. “Peran responden pertama sangat penting karena keberhasilan untuk mengidentifikasi korban, terutama ketika korban dalam jumlah yang sangat besar, sangat bergantung pada langkah-langkah yang ditempuh oleh perespon pertama,” papar Eva.
Dalam beberapa dekade terakhir, forensik, terutama manajemen jenazah, menjadi perhatian ICRC. Sebagai organisasi yang bergerak di bidang kemanusiaan, ICRC hendak memastikan agar jenazah orang-orang yang meninggal pada saat konflik atau bencana, atau ketika bermigrasi, diperlakukan dengan penuh hormat dan secara bermartabat.