“Pagi ini, tim kami akhirnya berhasil masuk ke Marawi dan mengantarkan 1.000 galon air ke keluarga yang mengungsi di ibukota provinsi, dan mengirim sekitar 300 warga Marawi ke pusat evakuasi di Saguiaran. Kami dapat mengakses Marawi karena komunikasi kami dengan para pemangku kepentingan,” kata Pascal Porchet, Kepala Delegasi Komite Internasional Palang Merah untuk Filipina.
“Situasi di lapangan sangat lancar. Para warga dapat keluar masuk Marawi, dan kami sangat memperhatikan mereka yang terjebak atau memilih untuk tinggal, yang membutuhkan makanan dan minuman. Hal ini menjadi tantangan untuk tim kami di lapangan karena mereka melakukan penilaian situasi untuk mendapat gambaran yang jelas mengenai jumlah pengungsi dan kebutuhan mereka,” Porchet menambahkan.
Di Iligan, tim ICRC telah mempersiapkan persediaan medis untuk mendukung kapasitas unit kesehatan pedesaan demi menangani kebutuhan kesehatan dasar para pengungsi. Termasuk di dalamnya adalah obat-obatan dasar, antibiotic, pembalut luka; juga obat suntik dan cairan intravena yang cukup untuk 30.000 orang untuk tiga bulan. Salah satu paket perlengkapan ini akan dikirim ke unit kesehatan desa di Saguiaran sore (24 Mei).
Perlengkapan medis untuk pengobatan luka juga telah dikirim, untuk rumah sakit-rumah sakit yang memerlukan tambahan. Selain itu, makanan, perlengkapan rumah tangga dan hygiene kit, akan dikirim ke Iligan dari gudang ICRC di Davao sore (24 Mei).
ICRC juga menyediakan tas pertolongan pertama dan perlengkapan perawatan luka untuk membantu Palang Merah Filipina (PRC) cabang Marawi dan Iligan. ICRC juga menyediakan sarana dan sumber daya untuk mobilisasi para relawan PRC dalam hal dibutuhkannya respon yang lebih besar. PRC dan ICRC akan melakukan koordinasi bantuan tergantung kebutuhan. PRC adalah mitra utama ICRC di Filipina.
Dengan pertempuran yang terus berlangsung di Marawi, dan beberapa penduduk masih tersisa, Porchet mendesak para pihak yang bertempur untuk mengambl tindakan pencegahan yang diperlukan untuk membebaskan warga sipil dan harta benda mereka.
“Hukum Humaniter Internasional (HHI) tetap berlaku di situasi ini, bahkan setelah deklarasi darurat militer di Mindanao. Dengan demikian, HHI harus dihormati setiap saat dan oleh semua pihak. Orang yang mungkin ditangkap harus diperlakukan manusiawi dan ICRC akan terus memantau kondisi mereka juga perlakuan terhadap mereka,” ungkapnya.
HHI membatasi sarana dan metode bertempur dan melindung orang yang tidak ikut serta dalam pertempuran (misalnya penduduk sipil, petugas kesehatan, dan pekerja kemanusiaan) dan mereka yang tidak lagi bertempur (yaitu tentara atau pejuang yang terluka, ditangkap dan ditahan). Pembatasan ini sangat berarti di daerah berpenduduk di mana resiko bahaya terhadap warga sipil dan objek sipil termasuk infrastruktur penting, meningkat.
ICRC adalah organisasi kemanusiaan yang netral, imparsial dan independen yang melindungi dan membatu korban konflik bersenjata. ICRC memiliki mandat internasional untuk mempromosikan tentang HHI dan penghormatannya.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Lany de la Cruz (Iligan), tel: 0999 887 0985
Allison Lopez (Manila), tel: 0908 868 6884
Heidi Anicete (Manila), tel: 0928 504 7648