Angga Prawadika Aji, Dosen Jurusan Komunikasi Universitas Airlangga, Surabaya, keluar sebagai pemenang lomba menulis dengan tema “Panggilan dan Tantangan Kerja-Kerja Kemanusiaan” yang diselenggarakan bersama-sama oleh Komite Internasional Palang Merah (ICRC) dan Qureta. Tulisannya berjudul Kerja Kemanusiaan dan Belati Bermata Dua Bernama Facebook, dinyatakan sebagai pemenang oleh tim juri yang terdiri dari Ihsan Ali Fauzi (Direktur PUSAD Paramadina, Luthfi Assyaukanie (CEO Qureta), dan Fitri Adi Anugrah (Kepala Komunikasi ICRC).

Sementara itu, Rachmanto dengan tulisan Proselitasi dalam Aksi Kemanusiaan dan M. N. Abu Bakar dengan tulisan Naluri Korup Pekerja Kemanusiaan masing-masing dinyatakan sebagai Juara 2 dan Juara 3. Selain menentukan juara 1, 2, dan 3, tim juri juga memilih 5 nominasi, yaitu Pekerja Sosial yang Mengabdikan Dirinya pada Bibir Sumbing (M.Iqbal); Komunitas Klinik Apung (Abdil Azizul Furqon); Belajar dari Poso (Dito Englend); Belenggu Kemanusiaan (Yogyantoro); Gempa Bumi dan Gempa Informasi (Arlin).

Sejak dibuka pada tanggal 1 September hingga ditutup tanggal 15 Oktober 2018, panitia lomba menerima lebih dari 300 naskah. Naskah-naskah tersebut kemudian dikurasi oleh tim editor hingga terpilih 251 esai yang diterbitkan di www.qureta.com. Dari naskah-naskah itu, tim editor kemudian melakukan seleksi awal dengan membuat daftar pendek (short list) sebanyak 25 naskah. Daftar inilah yang menjadi acuan tim juri dalam menentukan nama-nama pemenang dan nominasi.

Pemenang dan nominasi diumumkan pada acara Malam Pengumuman Pemenang Lomba Esai yang dilaksanakan di Jakarta pada hari Jumat (16/11). Dalam acara yang dipandu oleh Cheryl Tanzil ini, kuliah umum juga diberikan oleh seorang pakar forensik kenamaan di Indonesia, Drg. Peter Sahelangi, yang mengangkat topik pentingnya ilmu forensik dalam kerja-kerja kemanusiaan.

Wakil Kepala Delegasi Regional ICRC untuk Indonesia dan Timor-Leste, Dany Merhy, mengungkapkan sukacitanya dengan jumlah tulisan yang mencapai ratusan. Menurut Dany, ini menunjukkan besarnya minat dan antusiasme publik terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan hubungannya dengan agama, tradisi dan masyarakat setempat.

“Di era digital, kita bisa dengan mudah dan sangat cepat membagi informasi dan pengalaman kita namun kita masih membutuhkan penulis, kritikus dan pemikir seperti para peserta lomba untuk memastikan pesan-pesan penting tentang toleransi, welas asih dan kemanusiaan menjadi bagian integral dari wacana publik. Karena pena (atau dewasa ini, keyboard) lebih tajam dari pedang,” kata Dany.

Sementara itu, Pendiri sekaligus CEO Qureta, Luthfi Assyaukanie, menyatakan bahwa sejak penyelenggaraan pertama lomba ini, selain jumlah peminat semakin banyak, kualitas tulisan juga semakin bagus.

“Ini adalah kerja sama ketiga ICRC dan Qureta menyelenggarakan lomba ini. Qureta selalu memberikan ruang kepada penulis pemula untuk mengkampanyekan ide-ide positif, termasuk ide positif di bidang kemanusiaan,” jelas Luthfi Assyaukanie.

ICRC mengadakan acara lomba ini sejak tahun 2015 di blognya (blogs.icrc.org/indonesia), namun untuk menjangkau publik yang lebih luas, ICRC kemudian mulai merintis kerja sama dengan Qureta sejak tahun 2016.

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi:
Novriantoni Kaharudin, ICRC, 081298851589