Dalam situasi perang, pasca bencana, atau akibat migrasi atau kekerasan dalam negeri, orang bisa hilang dan jenazah mungkin tidak teridentifikasi. Ketika orang hilang diyakini telah meninggal, dua jalur investigasi yang saling melengkapi harus dibuka: menelusuri keberadaan orang tersebut dan pengidentifikasian jenazah secara ilmiah. Manajemen informasi memainkan peran penting dalam mengintegrasikan kedua jalur investigasi ini untuk mengidentifikasi jenazah dan menyelesaikan kasus orang hilang. Standardisasi, sentralisasi dan pertukaran data dalam jumlah besar secara mudah antar banyak pihak merupakan elemen penting dari strategi manajemen data yang efektif. Perangkat elektronik bisa memberikan kontribusi yang sangat berharga dalam situasi ini.

Setelah Konferensi Internasional tentang Orang Hilang dan Keluarga mereka, pada tahun 2003, ICRC diminta untuk mengembangkan perangkat manajemen informasi forensik – suatu database – yang dapat digunakan oleh pihak lain untuk mengkompilasi, mengelola, memusatkan, dan memproses berkas orang hilang dan jenazah tak dikenal secara efektif. Pada tahun 2005, setelah berkonsultasi dengan sejumlah organisasi dan pakar di seluruh dunia – ICRC mulai membuat database Ante-Mortem/Post-Mortem (AMPM). Database tersebut mulai bisa dimanfaatkan di tahun 2008.

File PDF untuk artikel ini dapat [unduh disini], sedangkan apabila Anda membutuhkannya dalam bentuk cetakan, silahkan pesan ke ICRC melalui email ke dja_djakarta@icrc.org atau mention kami melalui twitter @ICRC_id.

Berita terkait lainnya: Ilmu Forensik