Sekitar 4.000 pengungsi dan imigran dari sub-Sahara Afrika masih tinggal di dua kamp dekat perbatasan Libya. Puluhan ribu pengungsi Libya lainnya ditampung oleh warga setempat atau sudah memiliki tempat tinggal sendiri di kawasan sekitarnya. 

Memasok air ke Ben Guerdane dan Remada

“Masuknya pengungsi Libya secara besar-besaran ke Tunisia membuat sumber daya air di wilayah perbatasan Tunisia Tenggara menjadi sulit,” kata Valeria Gamboni, penanggung jawab kegiatan ICRC di wilayah tersebut. “Kondisinya sangat kering, sehingga kami perlu mengambil tindakan untuk memastikan bahwa mereka yang tinggal di sini dan para pengungsiLibyamemiliki pasokan air yang memadai. Meskipun arus masuknya pengungsi sudah jauh berkurang, kebutuhan air tetap tinggi.”

ICRC memberikan bantuan bagi badan pengelola air nasional setempat untuk menambah pasokan air minum ke wilayah Ben Guerdane dan Remada, yang adalah lokasi yang terkena dampak paling parah.

“Saat ini proyek penyediaan air bersih sedang berjalan, sehingga sebisa mungkin dapat meningkatkan volume air yang dipasok bagi sekitar 100.000 pengungsi,” jelas Tomasina Churchward, staf ICRC yang menangani proyek tersebut. “Di Ben Guerdane, pipa sepanjang 5,3 kilometer baru saja dibangun untuk menghubungkan sumur-sumur yang ada dengan bak penampungan. Bak-bak penampungan itu memasok air tidak hanya untukkotabesar, tetapi juga desa-desa terdekat, kamp pengungsi Choucha dan bahkan sebuah desa diLibyadi wilayah perbatasan Jebel Nefusa. Pertengahan Desember nanti, jaringan pipa kedua sepanjang 10,2 kilometer akan menambah pasokan air bagi penduduk Remada.”

ICRC juga membangun sebuah fasilitas desalinisasi air (penyulingan untuk menghilangkan garam dan zat kimia) dan sistem pendistribusian untuk meningkatkan akses ke air minum bagi para pengungsi dan imigran di kamp Choucha.

Bantuan bagi yang membutuhkan selama bulan Ramadhan

WargaTunisia, khususnya di bagian selatan, terkena dampak secara ekonomi akibat instabilitas politik di negara itu sendiri dan juga dari konflik diLibya.

Untuk membantu orang-orang yang paling membutuhkan, terutama yatim piatu dan janda, ICRC juga menambah bantuan makanan yang diberikan oleh organisasi kemanusiaan lainnya selama bulan Ramadhan. Melalui kerjasama dengan partner lokal, kebutuhan dasar seperti perlengkapan kebersihan, selimut dan ember didistribusikan ke lebih dari 1.600 kepala keluarga di propinsi Tataouine dan Medenine yang menampung sejumlah besar pengungsi Libya.

Membantu rumah sakit untuk perawatan korban konflik di Libya

Ratusan korban perang dan orang sakit yang tidak mendapat perawatan diLibyaberdatangan keTunisiadalam beberapa bulan terakhir.

Untuk membantu fasilitas pelayanan kesehatanTunisiamenangani para pengungsi serta mempertahankan layanan medis mereka bagi warga setempat, ICRC menyediakan obat-obatan bagi rumah sakit sipil di Dehiba, Tataouine, Ben Guerdane, Sfax dan Medenine, juga ke rumah sakit militer di Dehiba dan Choucha. Perban dan peralatan lain, obat-obatan, dan perlengkapan bedah & patah tulang juga disediakan.

“Selama dua bulan terakhir, pusat layanan kesehatan yang kami dukung telah menolong lebih dari 500 korban luka dari Libya yang butuh tindakan pembedahan,” kata Angel Vicario, staf medis ICRC. “Banyak nyawa telah terselamatkan berkat kerja keras dokter dan kemurahan hati penduduk Tunisia.”

ICRC juga memfasilitasi kunjungan pengungsi Libya di Tunisia ke kerabat mereka yang terluka dan sakit di beberapa rumah sakit.

70.000 panggilan telepon

Sekitar 4.000 pengungsiLibyayang belum ditampung oleh negara-negara ketiga atau belum dipulangkan ke negaranya masih berada di kamp-kamp di sepanjang perbatasan. Agar kontak dengan keluarga tetap terjaga, ICRC dan Bulan Sabit MerahTunisiamenyediakan fasilitas telepon gratis bagi mereka. Setiap hari, lebih dari 300 panggilan telepon telah dilakukan.

Sejak Februari, lebih dari 70.000 panggilan telepon dilakukan dariTunisiabagian selatan untuk memulihkan atau mempertahankan kontak antar anggota keluarga.