Pernyataan Bersama. Komite Internasional Palang Merah dan Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah

Sebagai peringatan Hari Perempuan Internasional pada hari Minggu 08/03 lalu, Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional meminta kepada dunia agar memberikan upaya yang lebih besar untuk melindungi dan mendukung para perempuan dan anak-anak perempuan, yang terkena berbagai bentuk kekerasan akibat konflik di Suriah dan sangat membutuhkan akses ke pelayanan kesehatan kritis. Perempuan berperan penting dalam membantu keluarga dan masyarakat untuk bertahan dari trauma yang berkepanjangan ini, yang mana saat ini sudah memasuki tahun kelima, dan mereka layak mendapatkan dukungan dan dorongan yang jauh lebih besar.

Contoh kekuatan perempuan dalam mengatasi keadaan selama krisis dapat dilihat ditengah-tengah kelompok pengungsi yang telah berhasil menemukan perlindungan dari pertempuran. Pada pemukiman pengungsi darurat sementara di Ketermaya, Lebanon, misalnya, Nejmeh 14 tahun,  mengajar membaca, menulis, matematika dan ilmu pengetahuan untuk kelompok anak-anak yang bersemangat. Seorang wanita muda yang tangguh berasal dari pinggiran Damaskus menawarkan pelajaran di tempat terbuka ini sebagai selingan yang ringan dan positif bagi anak-anak yang beberapa di antaranya kini telah menghabiskan setengah hidup mereka melarikan diri dari kengerian perang. “Saya berharap bahwa dengan memberikan mereka pendidikan dapat membantu mereka melupakan masalah dan rasa sedih kehilangan orang-orang yang mereka cintai,” jelasnya.

Beberapa ratus kilometer dari Ketermaya, seorang ibu  berusia 44 tahun dari empat anak-anak, Kadija berjuang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya sebagai pengungsi di Erbil, Irak, di mana lebih dari 80.000 warga Suriah hidup di mana pun mereka dapat menemukan tempat yang menyediakan tempat bagi mereka: di garasi, bangunan yang belum selesai, permukiman informal atau apartemen yang sempit. “Kami bertahan karena tetangga Irak kami memasak setidaknya dua atau tiga kali per minggu untuk kami,” kata Kadija, seorang janda yang menemukan pekerjaan serabutan untuk menghidupi keluarganya. “Tapi itu tidak cukup. Setiap hari, saya harus menemukan cara untuk anak-anak saya untuk bertahan hidup.”

Kisah di atas hanya dua contoh perempuan yang mengatasi kesulitan ekstrim yang disebabkan oleh konflik empat tahun yang panjang di Suriah, dimana sekitar 8 juta orang telah mengungsi di beberapa daerah dalam negeri dan menyebabkan 4 juta orang mencari keselamatan di tempat lain (terutama di negara tetangga Irak, Yordania, Lebanon dan Turki). Sekitar 4 juta orang diantaranya adalah perempuan dewasa dan remaja perempuan, banyak dari mereka sekarang menjadi kepala keluarga atau pencari nafkah dalam keluarga yang telah kehilangan suami, ayah dan/atau anak-anaknya.

Para perempuan dan anak-anak perempuan ini sangatlah kesulitan mendapatkan akses perawatan kesehatan yang layak, padahal kesehatan mereka dan keluarganya jugalah kurang baik. Meskipun demikian, perempuan sering menjadi tulang punggung keluarga dan ketahanan masyarakat dengan menjaga keluarga mereka agar tetap sehat, terpenuhi kebutuhan gizinya dan utuh.

“Perempuan merupakan seseorang yang penting dalam memberikan harapan dan memastikan bahwa keluarga mereka terus berupaya dalam situasi yang paling sulit sekalipun,” kata Tadateru Konoe, presiden Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC). “Kita harus mengambil pelajaran dari situasi mereka dan memastikan bahwa mereka diberikan dukungan dengan sekuat tenaga.”

Salah satu bentuk dukungan yang dapat diberikan adalah menjamin akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar. “Seringkali, dampak terbesar dari kesehatan yang disebabkan oleh konflik bukanlah luka yang diakibatkan oleh peluru dan bom, tetapi efek kesehatan sekunder karena perpindahan/pengungsian, kontaminasi pasokan air, gizi buruk dan gangguan pelayanan kesehatan,” kata Peter Maurer, presiden Komite Internasional Palang Merah. “Perempuan dan juga anak-anak menderita secara tidak proporsional seperti kebutuhan kesehatan mereka jarang terpenuhi dalam perjuangan sehari-hari untuk bertahan hidup yang paling mendasar.”

Di antara 12 juta orang yang telah meninggalkan rumah mereka akibat konflik, misalnya, sekitar 500.000 perempuan hamil berisiko kekurangan gizi, kurangnya akses untuk mendapatkan perawatan bidan yang layak dan faktor lainnya.

Gerakan juga meminta kepada semua pihak yang terlibat dalam konflik untuk menghormati dan melindungi staf dan relawan untuk Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Nasional serta organisasi kemanusiaan lainnya – banyak di antaranya adalah perempuan. Sudah ada 40 relawan Bulan Sabit Merah Suriah dan tujuh relawan Bulan Sabit Merah Palestina yang tewas sejak konflik dimulai, dan tiga diantaranya adalah perempuan.

Dalam operasi kemanusiaan mereka di wilayah tersebut, ICRC dan IFRC bekerjasama dengan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah di masing-masing negara yang terkena dampak konflik untuk memberikan berbagai bantuan mulai dari pengiriman makanan, bantuan dana tunai untuk membeli makanan dan persediaan, untuk pertolongan pertama, transportasi medis darurat, perawatan kesehatan dan proyek-proyek yang menghasilkan pendapatan untuk memberikan mereka dorongan sekali lagi untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri kembali.

Dimana terdapat dukungan dan perlindungan tersebut, akan banyak pria dan wanita yang akhirnya mampu mengontrol kehidupan mereka lebih besar lagi. Salah satu contohnya adalah Siba, seorang ibu dan kepala rumah tangga yang melarikan diri dari pertempuran di Suriah utara ke Turki. “Saya harus membantu keluarga saya, jadi saya belajar bahasa Turki,” jelas Siba. “Setelah tujuh bulan, saya mulai bekerja untuk sebuah perusahaan telekomunikasi dan kemudian bekerja di rumah sakit sebagai penterjemah.”

Dalam menghadapi setiap krisis atau bencana, Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah berkomitmen untuk lebih memberdayakan perempuan guna merespon kebutuhan mereka sendiri dan untuk memprioritaskan perlindungan perempuan dan anak-anak perempuan yang rentan di negara-negara dan masyarakat di seluruh dunia.

Kontak yang dapat dihubungi untuk informasi lebih lanjut atau untuk wawancara;

Jenewa:

Dibeh Fakhr, ICRC Public Relations Officer, Mobile: +41 79 447 37 26. Email: dfakhr@icrc.org Twitter: @DFakhrICRC

Benoit Matsha-Carpentier, IFRC Senior Media officer, Geneva, Mobile: +41 79 213 24 13. Email: benoit.carpentier@ifrc.org Twitter: @BenoitstC

Beirut:

Jessica Barry, ICRC Communication Coordinator for Syria, Mobile: +961 79 300 721. Email: jbarry@icrc.org

Tommaso Della Longa, IFRC Syria Crisis Communications coordinator, Mobile: +961 79 300437. Email: tommaso.dellalonga@ifrc.org Twitter: @TDellaLonga