Peranan media dapat memberikan dampak yang positif maupun negatif di daerah konflik karena kemampuannya dalam menyebarluaskan informasi dan membentuk opini publik. Di satu sisi, informasi dari media dapat mengerakkan dukungan untuk perlindungan warga sipil, tapi di sisi lain media juga dapat berperan dalam menyebarkan informasi yang salah ataupun kebencian dalam situasi konflik maupun bencana. Sebagai ujung tombak media dalam pemberitaan lapangan, pemahaman wartawan mengenai pelaporan daerah konflik sangatlah penting.
Zulfiani “Uni” Lubis, Pemimpin Redaksi ANTeve dan sebelumnya merupakan salah satu pimpinan Dewan Pers, menguraikan beberapa isu terkait wartawan yang melakukan peliputan di daerah konflik atau bencana. Berikut ini adalah Bagian Pertama wawancara Sonny Nomer dan Mia Pitria Pangestie (ICRC) dengan beliau di Studio ANteve tanggal 29 April 2014.
Dikarenakan pentingnya peran wartawan dalam meliput situasi konflik, ICRC secara rutin menyelenggarakan workshop peliputan bencana atau konflik bagi para wartawan baik di Indonesia maupun negara-negara lain dimana ICRC bekerja. Dalam beberapa tahun terakhir, kegiatan ini kami laksanakan , baik oleh ICRC sendiri maupun melalui kerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI), Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS), Dewan Pers, dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI).
Bagi ICRC sendiri, pelatihan semacam itu sangat penting agar wartawan dan media tempat mereka bernaung memahami fungsi dan peran lembaga kemanusiaan, termasuk Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, dalam situasi konflik dan bencana. Namun yang paling penting adalah agar media bisa menjadi corong bagi para korban yang suaranya sering kali terpinggirkan, sementara mereka hanya menjadi statistik semata.