Dalam konflik bersenjata, situasi gangguan dalam negeri, atau situasi bencana alam, jasa pos dan jasa telepon sering kali terganggu dan pergerakan orang sering kali terhambat. Ini berarti sarana-sarana komunikasi yang normal antara anggota keluarga mungkin tidak berfungsi lagi sehingga Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah sering menggunakan Berita Palang Merah (RCM) sebagai alat untuk memulihkan dan memelihara hubungan antara anggota keluarga yang terpisah.
Selain dalam situasi-situasi di atas, RCM juga dapat digunakan oleh para tahanan yang telah kehilangan kontak dengan keluarganya. Bilamana tidak ada cara lain, tahanan dan keluarganya dapat saling bertukar berita keluarga melalui sarana ini, karena sifat RCM yang terbuka, maka RCM sebelumnya harus diperiksa dan disetujui oleh petugas berwenang dan pihak-pihak lainnya. ICRC secara berkoordinasi dengan pihak penanggung jawab penahanan dapat mendukung atau mengatur kunjungan keluarga ke tempat penahanan.
Ikuti salah satu cerita menarik yang dialami oleh Ashabi, seorang penjaga toko di Lagos, Nigeria. Sudah empat tahun tidak mengetahui kabar anak laki-lakinya, sampai ketika ICRC akhirnya datang membawa RCM dari anaknya.
Ashabi mempunyai sebuah toko kecil di Lagos di mana ia menjual ubi jalar dan sayur-sayuran. Tokonya terletak di sebuah jalan yang sempit, dekat dengan sebuah bangunan kecil rumahnya yang telah ia tinggali selama hampir 30 tahun, ia juga dikenal oleh teman-temannya sebagai “Mama”.
Suatu hari, Yemisi, adik Mama, datang ke toko bersama beberapa tetangga untuk mengatakan bahwa ada tamu “aneh” yang datang ke rumahnya menggunakan mobil yang bergambar palang merah. Mereka ingin bertemu dengan Mama.
Mama jarang sekali kedatangan tamu, jadi dia sedikit cemas. Dalam perjalanan pulang dari tokonya ia bertanya-tanya dalam hati, apa maksud dan tujuan kedatangan tamunya kali ini. Dia sangat terluka karena sudah lama sekali ia tidak mengetahui kabar dari anaknya, dan ia takut bahwa anaknya mungkin sudah meninggal.
Anak mama yang berusia 29 tahun, Kehinde, telah meninggalkan rumahnya empat tahun lalu. Setelah menyelesaikan praktek kerja lapangan (magang) sebagai montir mobil, ia mengatakan kepada keluarganya bahwa ia ingin pergi ke luar negeri untuk mencari peluang baru. Mama sedih akan rencana kepergian Kehinde, dan dengan berat hati ia memberinya restu.
Beberapa minggu kemudian, Kehinde berangkat keTogo, dan ia berjanji untuk kembali dalam waktu satu bulan. Tapi bulan-bulan berlalu tanpa adanya tanda-tanda dan berita darinya. Mama bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres – Kehinde tidak akan pernah meninggalkannya tanpa kabar begitu lama.
“Kami dari Komite Internasional Palang Merah,” kata salah seorang tamu, sangat lembut, ia mengerti ketakutan Mama. “Kami memiliki pesan dari Kehinde Idowu untuk ibunya, Mama Ashabi.”
Para tamu menjelaskan bahwa rekan-rekan mereka di Pantai Gading (Côte d’Ivoire) telah bertemu Kehinde ketika memeriksa kondisi penjara di sana. Ketika mereka memberikan surat dengan tulisan tangan Kehinde tersebut, Mama langsung meminta mereka untuk masuk dan duduk di dalam rumahnya, lalu meminta mereka untuk menceritakan semua yang mereka ketahui tentang anaknya.
Tanpa sepengetahuan Mama, ternyata Kehinde melakukan perjalanan bukan hanya keTogo, melainkan ke beberapa negara lainnya, dan ia berakhir di Pantai Gading. Sekitar tahun 2011 lalu, ia dipenjara di ibukota Pantai Gading Abidjan, dan tidak dapat menghubungi keluarganya di Nigeria untuk memberitahu mereka apa yang telah terjadi.
Kehinde menjelaskan situasinya kepada staf ICRC ketika mengunjungi penjara tersebut. Mereka menyarankan bahwa ia menulis sebuah pesan singkat untuk keluarga di rumah dan berjanji bahwa ICRC akan menyampaikannya. RCM tersebut kemudian diperiksa oleh pihak otoritas penjara, kemudian diteruskan ke staf ICRC diAbujayang berangkat untuk mencari ibu Kehinde di Lagos.
Mama Ashabi sangat senang ketika staf ICRC membacakan pesan tersebut kepadanya. Tangannya diangkat tinggi-tinggi menggambarkan kegembiraan, dia mengatakan kepada staf ICRC “Kami tidak tahu di mana Kehinde atau apa yang telah terjadi padanya. Setelah empat tahun berlalu, kami pikir dia mungkin telah meninggal di suatu tempat. Kami harus hidup dengan situasi tak menentu yang menghancurkan hati kami. Meskipun dia di penjara, saya bersyukur kepada Tuhan bahwa dia masih hidup. Sekarang saya tahu dia akan kembali suatu hari dan kita akan bertemu lagi dengannya.”
Kami telah mengubah nama-nama orang yang bersangkutan, untuk melindungi privasi mereka. Untuk alasan yang sama, foto-foto yang menyertai artikel ini diambil dari situasi serupa ketika ICRC memulihkan hubungan antara anggota keluarga lainnya.
Sumber Berita: ICRC.org