Tacloban, Filipina, 20 November 2013. Jenazah-jenazah yang meninggal karena bencana Topan Haiyan/Yolanda terbaring di dalam kantung jenazah.
© ICRC / J. Edep

Jenewa / Manila (ICRC) – Kekerasan yang terjadi sebelumnya di Filipina ditambah lagi dengan datangnya angin topan Haiyan mengakibatkan banyaknya korban baik yang tewas maupun yang hilang. Komite Internasional Palang Merah (ICRC) segera mengirim pakar forensik guna memberikan saran teknis, berkoordinasi dan bekerjasama dengan pemerintah Filipina yang menangani manajemen jenazah setelah bencana.

“Ada beberapa prosedur khusus yang harus diikuti untuk menjaga kehormatan para korban yang meninggal dan memfasilitasi proses pengidentifikasian mereka,” kata Andres Patiño, pakar forensik delegasi regional ICRC Indonesia dan ia merupakan spesialis forensik yang pertama kali tiba di Tacloban setelah topan Haiyan menghantam Filipina. “Jenazah harus dikumpulkan secara pantas dan ditempatkan di tempat-tempat pemakaman sementara, guna keperluan investigasi forensik selanjutnya. Harus difoto juga sebelumnya, dan setiap informasi deskriptif dan data pemeriksaan mayat harus dipastikan tercatat semuanya.”

Kota Tacloban, Filipina, 20 November 2013. Pakar forensik Andres Patino (ICRC) dan Raquel Fortun (University of the Philippines) memastikan bahwa proses manajemen jenazah setelah bencana dan pengidentifikasian jenazah korban yang meninggal akibat Topan Haiyan dilakukan dengan baik.
© ICRC / J. Edep

Dalam situasi sekarang ini, tidak tersedianya tenaga listrik dan kebutuhan pokok lainnya serta hancurnya sebagian besar fasilitas umum, semakin memastikan bahwa akan sangat sulit untuk menjalankan prosedur tersebut. “Pada pertemuan dengan pemerintah daerah dari Tacloban dan Departemen Kesehatan Filipina kemarin, kami sepakat pada rencana darurat untuk pengelolaan yang tepat bagi para korban yang meninggal, dan kami juga menyadari bahwa kami kekurangan tenaga kerja.”

Pemerintah Filipina telah sepakat untuk mengikuti pedoman untuk manajemen jenazah yang dibuat secara bersama oleh ICRC dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). ICRC terus mengkoordinasikan tindakan-tindakan forensik di Filipina bersama dengan WHO melalui Departemen Kesehatan Filipin dan juga dengan Biro Nasional Investigasi.

Tidak perlu khawatir akan kesehatan masyarakat lainnya ketika terjadi pemakaman massal dalam situasi seperti ini. Bertentangan dengan apa yang orang-orang percaya, bahwa jenazah-jenazah yang meninggal karena bencana alam tidak akan menyebabkan wabah penyakit, dan mereka merupakan bahaya bagi kesehatan jika diabaikan. Kebanyakan para korban yang meninggal akibat bencana alam karena luka, tenggelam atau terbakar, korban biasanya tidak sedang sakit dengan infeksi yang menyebabkan wabah penyakit seperti kolera, tifus, malaria atau wabah penyakit lainnya ketika mereka meninggal. “Hanya ada risiko kecil terkena diare karena meminum air yang terkontaminasi oleh mayat – resikonya lebih kecil daripada yang disebabkan oleh yang korban yang selamat – dan resiko tersebut dapat dihilangkan dengan desinfektan secara rutin dan/atau memasak air tersebut untuk mencegah penyakit yang ditularkan melalui air,” kata pakar forensik ICRC. “Dalam kasus apapun, kebanyakan orang menghindari air minum yang diambil dari sumber yang mungkin telah terkontaminasi oleh mayat atau penyebab kontaminasi lainnya.”

Penguburan jenazah yang terburu-buru dan tidak terkoordinasi dengan baik tanpa identifikasi yang tepat menjadi masalah bagi pemerintah Filipina dan ICRC, karena bisa sangat menyakitkan bagi mereka yang berduka. Manajemen yang salah dan tidak bermartabat bagi jenazah dapat melukai perasaan keluarga dan masyarakat lainnya, dan mungkin memiliki konsekuensi hukum yang serius, karena selanjutnya akan sulit untuk memulihkan dan mengidentifikasi jenazah-jenazah tersebut. Korban tidak dapat dikenali lagi dan akan masuk ke dalam kategori orang hilang.

“Orang-orang sangat membutuhkan informasi mengenai keluarga mereka yang hilang,” kata Nancy Fournier staf delegasi ICRC di Manila. “Keluarga yang tidak mengetahui informasi tentang keberadaan orang yang dicintai mereka merupakan duka yang mendalam. Memberikan mereka kesempatan untuk mengidentifikasikan anggota keluarga mereka yang hilang – bahkan jika mereka sudah meninggal – sangatlah penting. Mereka perlu mengetahui informasi tersebut agar dapat melaksanakan upacara kematian menurut kepercayaan mereka masing-masing. Alasan tersebutlah mengapa sangat penting untuk menangani jenazah korban secara hati-hati.”

Sekitar 35.000 orang di Filipina, sejauh ini telah meminta Palang Merah Filipina untuk mencari keberadaan anggota keluarga mereka yang telah hilang akibat Topan Haiyan.

Sumber berita: ICRC.org