Kabul / Jenewa (ICRC) – Kepala Delegasi Komite Internasional Palang Merah (ICRC) di Afghanistan, Reto Stocker, menyatakan bahwa bagi rakyat Afghanistan, konflik bersenjata yang terjadi belakangan ini di negara tersebut semakin memburuk saja. Reto Stocker akan menyelesaikan masa tugasnya di Afghanistan pada akhir Oktober 2012 ini, setelah bertugas selama tujuh tahun di sana.
“Saya sangat khawatir dengan situasi ini, di saat saya akan meninggalkan Afghanistan. Sejak saya tiba di sini 2005 lalu, sudah ada banyak kelompok bersenjata lokal, warga sipil terperangkap di tengah pertempuran antar banyak kelompok, dan warga Afghanistan kesulitan mendapatkan perawatan kesehatan,” kata Stocker. Selain karena situasi konflik bersenjata, penderitaan masyarakat sipil juga meningkat karena faktor-faktor lainnya. “Kesulitan yang timbul karena situasi ekonomi, atau karena cuaca buruk atau bencana alam, semakin berdampak luas, dan harapan akan masa depan (yang lebih baik) semakin menyurut.
Reto Stocker secara khusus menekankan kurangnya akses ke perawatan kesehatan bagi warga Afghanistan. “Seharusnya ada beberapa hal yang dilarang, dan salah satunya adalah mengganggu pelayanan kesehatan. Serangan terhadap kendaraan, fasilitas dan petugas pelayanan kesehatan tidak boleh dianggap sebagai bagian dari perilaku perang yang biasa. Pelayanan kesehatan harus tetap tersedia bagi semua orang yang membutuhkannya dan harus diberikan secara tidak memihak, hanya atas dasar pertimbangan medis semata.”
Terlepas dari berbagai persoalan ini, ada juga beberapa kemajuan. “Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, kesulitan yang dialami oleh warga sipil disini dibongkar oleh media dan masyarakat sipil,” kata Reto Stocker. “Selama bertahun-tahun, ICRC bisa menyampaikan keprihatinannya secara langsung dan terbuka kepada pihak-pihak yang terkait dengan konflik. Pihak-pihak yang terlibat telah menunjukkan kesediaan yang lebih besar untuk mendengarkan kami dan menjalankan beberapa rekomendasi yang kami sampaikan terkait perilaku dalam bertempur dan hal-hal lain terkait penahanan. Hal yang sama belum tentu bisa diwujudkan di berbagai zona perang lainnya di dunia saat ini.”
ICRC juga secara berkala mengunjungi ribuan tahanan terkait konflik bersenjata di berbagai tempat penahanan, baik yang di bawah kontrol Afghanistan maupun pasukan Internasional. “Kami khawatir ketika pasukan internasional ditarik, dan pendanaan yang tersedia bagi pemerintah Afghanistan berkurang, situasi bisa menjadi kian sulit bagi Afghanistan untuk mempertahankan kondisi penjara yang bisa diterima,” imbuhnya.
ICRC telah bekerja di Afghanistan sejak tahun 1979. Afghanistan merupakan operasi terbesar ICRC dari segi sumber daya yang dilibatkan, dengan lebih dari 1800 staf bekerja di 15 kantor, dan anggaran sebesar lebih dari 89 juta franc Swiss (Rp900 Milyar) untuk tahun 2012 . Kepala delegasi ICRC di Afghanistan yang akan menggantikan Stocker, Gherardo Pontrandolfi, akan mulai bertugas akhir bulan ini.
Berikut ini dapat anda saksikan hasil wawancara ICRC dengan Reto Stocker, untuk berita selengkapnya dapat dilihat di sini [Intercross Blog]
Being Vulnerable from Intercross on Vimeo.