Jenewa (ICRC) – Keluarga orang-orang hilang yang tak terhitung jumlahnya di seluruh dunia terkait konflik bersenjata dan situasi darurat lainnya mengalami penderitaan yang tidak menentu karena tidak adanya kabar mengenai orang-orang yang dicintainya. Meskipun pemerintah terkait memiliki kewajiban berdasarkan Hukum Humaniter Internasional (HHI) untuk menempuh segala upaya untuk menentukan apa yang terjadi pada orang-orang yang hilang, komitmen yang lebih baik perlu diupayakan untuk membantu keluarga yang ditinggalkan supaya mereka bisa dapat mengatasi kesulitannya dalam kehidupan sehari-hari, demikian disampaikan oleh Komite Internasional Palang Merah (ICRC) dalam rangka menyambut Hari Internasional Orang Hilang, 30 Agustus.
“Luka akibat perang pada keluarga orang hilang dan komunitas mereka sangat dalam,” kata Marianne Pecassou, yang memimpin aktivitas ICRC bagi keluarga orang hilang. “Orang-orang yang tidak tahu, apakah mereka yang hilang ini dalam keadaan masih hidup atau mati, menjalani hidup dalam ketidakpastian. Pada beberapa kasus, mereka bahkan telah menunggu selama beberapa dasawarsa, dan mereka menderita secara emosional serta mengalami isolasi sosial. Kadang-kadang, mereka diasingkan dan dianggap sebagai pembawa nasib buruk, sementara wanita mendapat stigma karena hidup tanpa perlindungan laki-laki dalam keluarga mereka.”
Yang terpenting adalah keluarga yang ditinggalkan bisa menemukan cara, dengan atau tanpa bantuan, untuk mengatasi tantangan ini, misalnya mengumpulkan masyarakat setempat untuk memberikan penghormatan terakhir kepada orang yang hilang, atau dengan menggelar ritual kematian lainnya. Dengan tetap menghadirkan anggota keluarga yang hilang di dalam hati dan pikiran mereka, maka keluarga yang ditinggalkan bisa memastikan bahwa mereka tidak hilang sepenuhnya.
Di Libya, di mana banyak orang telah hilang, termasuk mereka yang mungkin ditahan atau tewas dalam konflik baru-baru ini, ribuan keluarga masih belum tahu nasib kerabat mereka. “Memberikan informasi mengenai nasib orang yang mereka cintai bukan hanya kewajiban hukum tetapi juga persoalan kemanusiaan,” kata Laurent Saugy yang mengkoordinasikan kegiatan ICRC di Libya yang berkaitan dengan isu orang-orang hilang.
Di beberapa tempat lain di seluruh dunia, ICRC memberikan dukungan pada upaya pihak berwenang untuk mencari mereka yang hilang selama konflik bersenjata. Di Georgia danNepal, ICRC menyokong jaringan dukungan yang membantu keluarga orang hilang memenuhi berbagai kebutuhan, yang meliputi masalah sosial, emosional dan ekonomi. Selain itu, ICRC juga mendorong pemerintah dan masyarakat sipil untuk mendukung keluarga yang ditinggalkan dalam upaya mereka mengatasi berbagai tantangan.
Serangkaian pertemuan dan acara lain yang rencananya akan dilangsungkan pada hari ini (30/08/12) atau pada hari lain di beberapa tempat di seluruh dunia (Lebanon,Nepaldan Timor Leste) bertujuan untuk tetap menghidupkan kenangan tentang mereka yang masih hilang. Pada gilirannya, ini bisa membantu keluarga mengatasi ketidakpastian nasib dari orang-orang yang mereka cintai, apakah mereka masih hidup atau sudah meninggal. Acara semacam ini juga merupakan salah satu cara untuk berbagi kesedihan dan menjadi kesempatan unik untuk meningkatkan kesadaran atas isu ini.
“Tidak masalah sudah berapa lama waktu berlalu, pemerintah tetap harus melakukan segala daya upaya untuk menemukan titik terang mengenai apa yang terjadi orang-orang hilang dan menyampaikan informasi yang mereka peroleh kepada keluarga yang ditinggalkan,” kata Pecassou. “Sementara itu, sangat penting memberikan keluarga tersebut dukungan yang mereka butuhkan untuk mengatasi persoalan sehari-hari dan untuk bisa hidup secara layak.”