Perhatian ICRC terhadap keadaan para tahanan sudah dimulai ketika perang Franco-Prusia pada tahun 1870. Kunjungan staf ICRC ke camp tahanan perang pertama kali adalah dalam rangka untuk melihat kondisi dan perlakuan yang diterima oleh para tahanan perang selama Perang Dunia Pertama. Sekarang ini, perlindungan terhadap narapidana dan tahanan tetap menjadi bagian penting dari kegiatan kami. Pada tahun 2012, staf ICRC sudah mengunjungi lebih dari 500.000 tahanan di 97 negara.
Jerman, Perang Dunia Pertama. Tawanan perang Inggris di sebuah camp – pada waktunya makan soup. Pada bulan Agustus 1914, ICRC mendirikan sebuah Badan Tawanan Perang Internasional di Jenewa untuk memusatkan manajemen informasi dan untuk mengorganisir sumbangan-sumbangan untuk para tahanan. Dari rekaman data-data yang telah tersusun, tawanan perang di camp tersebut tercatat sampai dengan 2,5 juta tawanan. © ICRC Photo library / hist-00351
Beni Amar Camp, Maroko, 1915. Foto ini diambil ketika Perang Dunia Pertama dimana staf ICRC pertama kali mengunjungi tempat-tempat penahanan untuk memantau kondisi para tahanan. Kala itu kami melakukan ke lebih dari 500 kunjungan ke camp tawanan perang di Eropa dan di seluruh dunia. Foto ini menggambarkan kunjungan ke tawanan perang Jerman yang ditahan di Maroko. © ICRC Photo library / hist-00617-12
Estonia, 1920. Gencatan senjata yang terjadi pada November 1918 tidak lantas membuat Badan Tawanan Perang Internasional tutup, namun justru melanjutkan kegiatannya dan ambil bagian dalam operasi besar pemulangan para tahanan. Selama empat tahun lalu menyusul berakhirnya perang, ICRC telah mengorganisir pemulangan 425.000 tahanan. Foto ini menggambarkan benteng Ivangorod di sungai Narva, yang merupakan titik transit bagi tawanan perang Rusia yang dipulangkan dari Jerman, dan tawanan Jerman kembali dari Rusia. © ICRC Photo library / hist-03050-26
Camp untuk para tahanan Bolivia, Villa Hayes, Paraguay, 1932. Perang Chaco, yang berlangsung dari tahun 1932 sampai dengan tahun 1935, Bolivia melawan Paraguay. Meskipun kedua negara tersebut tidak menandatangani Konvensi Jenewa tahun 1929 tentang tawanan perang, mereka tetap mengizinkan ICRC untuk mengunjungi kamp-kamp tawanan perang mereka pada dua kesempatan. © ICRC Photo library / hist-03404-13
Kamp konsentrasi, Polandia, Perang Dunia Kedua. Salah satu noda terbesar pada sejarah ICRC adalah kegagalan untuk datang membantu para korban kamp konsentrasi Nazi dan kamp-kamp kematian. © Polish Red Cross / hist-01153-30
Jerman, Perang Dunia Kedua. Sebuah sistem logistik yang luas diberlakukan selama Perang Dunia Kedua untuk memberikan bantuan kepada para tawanan perang. Staf ICRC rutin mengunjungi kamp-kamp tawanan perang, namun hanya tempat-tempat penahanan yang terakses oleh ICRC. Foto ini menggambarkan Stalag X B di Sandbostel. © ICRC / hist-02371-30a
Palestina, 1948. Staf ICRC mendistribusikan bantuan selama kunjungannya ke sebuah kamp tawanan perang Israel. Pada bulan Juni 1948, ICRC pertama kali mendapatkan akses ke sekitar 400 tawanan perang Israel di Trans-Yordania, Mesir dan Suriah. ICRC juga mengunjungi sebanyak 2.000 tawanan perang Arab di Israel. © ICRC Photo library / ps-n-00039-15
Hanoi, Viet Nam, Perang Indocina Pertama, 1952. Selama Perang Indocina Pertama, ICRC tidak memiliki akses ke tahanan perang ditangkap oleh Republik Demokratik Vietnam. Namun, itu ICRC dapat mengunjungi tawanan perang Vietnam utara. Di sini, staf ICRC bertemu tahanan di sebuah rumah sakit penjara di Hanoi. © ICRC / indo-n-00011-14
Pusat penyortiran dan transit di Bliva, Aljazair, 1961. Pada tahun 1955, ICRC pertama kali berwenang untuk melakukan kunjungan ke penjara-penjara di Aljazair, dan untuk melakukan wawancara tanpa kehadiran saksi dengan para tahanan. Perancis tidak mengakui warga Aljazair sebagai tawanan perang, yang berarti mereka memberikan hukuman berat hanya karena terlibat dalam pertempuran. Selama tahun-tahun terakhir perang Aljazair, ICRC berhasil memastikan bahwa semua pejuang yang ditangkap membawa senjata dan mengenakan seragam akan diperlakukan dengan cara yang sama sebagai tawanan perang, dan karena itu juga berhak atas kunjungan ICRC. © ICRC / dz-n-00025-19
Bardai, Zoumri, Chad, 1978. Kunjungan pertama ICRC untuk tawanan perang yang ditahan oleh Front Pembebasan Nasional Chad. © ICRC / A.M. Grobet / td-d-00004-16
Chalatenango, San Salvador, 1984. Sebuah konvoi ICRC membawa 500 tentara yang dibebaskan oleh Farabundo Marti National Liberation Front. Foto ini menggambarkan saat-saat dimana para tahanan dibawa kembali ke barak mereka. © ICRC / R. Bigler / sv-d-00032-14
Phnom Penh, Kamboja, 1993. Kunjungan oleh staf ICRC ke penjara T3. Setelah ICRC kembali ke Kamboja setelah jatuhnya Khmer Merah pada tahun 1979, staf ICRC diberi akses ke para tahanan oleh pemerintah. Pada bulan Maret tahun 1993, ICRC diberi izin untuk mengunjungi pusat-pusat penahanan di bawah yurisdiksi kementerian keamanan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. © ICRC / S. Corrieras / kh-d-00057-06
Huambo, Angola, 1995. Salah satu tahanan dari Angola menulis Berita Palang Merah (RCM). ICRC membantu tahanan untuk tetap berhubungan dengan orang yang mereka cintai. RCM adalah surat-surat pendek yang berisi berita pribadi yang dipertukarkan dengan orang yang dicintai melalui jaringan Palang Merah. © ICRC / P. Grabhorn / ao-n-00327-04
Gitarama, Rwanda, 1996. Setelah pembantaian massal yang terjadi pada tahun 1994, puluhan ribu orang yang dituduh telah terlibat dalam pembunuhan tersebut dipenjara, kondisi jadi memburuk karena tahanan melebihi kapasitas penjara. ICRC mengunjungi penjara secara teratur, membuat pernyataan kepada pihak berwenang pada sejumlah kesempatan, dan memberikan bermacam-macam bantuan. © ICRC / C. Galbe / rw-d-00035-02
Baku, Azerbaijan, 2002. Seorang tahanan meminum obat di bawah pengawasan perawat, di bagian penjara yang disediakan untuk pasien tuberkulosis. Pada tahun 1995, ICRC meluncurkan program untuk mengobati tuberkulosis di penjara di sejumlah negara di wilayah Kaukasus Selatan. Pertempuran melawan penyakit ini terus berlanjut. © ICRC / F. de Sury / az-n-00059-24
Lima, Peru, 2004. Tahanan wanita merupakan minoritas dalam lingkungan penjara yang didominasi oleh laki-laki. ICRC memberikan perawatan khusus untuk tahanan wanita, untuk memastikan bahwa kebutuhan spesifik mereka dipenuhi. Di sini, salah satu staf ICRC melakukan percakapan secara pribadi dengan seorang tahanan di penjara pusat di Lima. © ICRC / B. Heger / pe-e-00028
Guantanamo, Kuba, 2002. ICRC rutin mengunjungi tahanan yang ditahan oleh Amerika Serikat di Teluk Guantanamo. Sama seperti pada negara lainnya dimana staf ICRC mengunjungi penjara-penjara, hasil observasi mereka mengenai kondisi penahanan dan perlakuan terhadap tahanan akan dibahas dengan pihak berwenang secara rahasia. © Reuters
Pos pemeriksaan Erez, antara Gaza dan Israel, tahun 2005. ICRC mengorganisir dan memfasilitasi kunjungan tahanan keluarga Palestina untuk melihat orang yang dicintai yang ditahan di Israel, dan membantu keluarga tahanan melewati pos pemeriksaan dan mendapatkan akses ke pusat-pusat penahanan. Hak berkunjung, ditangguhkan pada tahun 2007, diperkenalkan kembali pada bulan Juli 2012 lalu. Saat ini, hampir setiap hari Senin, ICRC mendampingi keluarga tahanan dari Gaza ke Israel. © ICRC / A. Meier / il-e-00238
Kabul, Afghanistan, 2008. ICRC telah mendirikan fasilitas konferensi video di sejumlah delegasi untuk memungkinkan kerabat mereka yang ditahan oleh Amerika Serikat di penjara di Bagram (Afganistan) dan Guantanamo untuk menghubungi orang yang mereka cintai. © ICRC / R. Keusen / af-e-01224
Masvingo, Zimbabwe, 2010, pusat penahanan preventif. Pada tahun 2008, di tengah panen yang buruk dan wabah kolera, sejumlah besar kasus gizi buruk tercatat dalam penjara. ICRC, bekerja sama dengan pemerintah, melancarkan operasi darurat untuk memperbaiki kondisi gizi dan kesehatan para tahanan. Di sini, staf ICRC sedang menimbang jatah makanan untuk memastikan bahwa mereka sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh ICRC dan Layanan Penjara Zimbabwe. © ICRC / O. Moeckli / zw-e-00091