Suriah, Irak dan Burundi hanya beberapa contoh dari banyak krisis kemanusiaan yang memaksa jutaan orang meninggalkan rumah mereka, dan Ribuan lainnya mengungsi dari daerah mereka setiap harinya.

Facts and Figures:

  • Lebih dari 3,7 juta pengungsi Suriah telah melarikan diri ke negara tetangga
  • Diperkirakan 11 juta orang telah mengungsi dalam negara mereka sendiri di Timur Tengah
  • Lebih dari 4,5 juta orang terlantar di Sub-Sahara Afrika pada tahun 2014

ICRC memberikan dukungan kepada para pengungsi, termasuk makanan, air bersih, pelayanan kesehatan, dan membantu memulihkan hubungan keluarga kepada mereka yang terpaksa mengungsi.

Lebanon: pengungsi anak-anak Suriah menerima perawatan

Ketika dia sedang tidak mengambil foto dirinya sendiri (selfie) dengan telepon genggam ibunya, Ahmad, sembilan tahun, mengganti kakinya yang diamputasi dan memeriksa luka-lukanya yang mulai sembuh.

Empat tahun lalu di Idlib, Suriah, mortir jatuh di dekat rumah Ahmad ketika ia sedang bermain. Dia langsung kehilangan kedua kakinya.

Ahmad terluka di Idlib, Suriah, ketika mortir jatuh di luar rumahnya ketika ia bermain. CC BY-NC-ND / ICRC / Hussein Baydoun

Ahmad terluka di Idlib, Suriah, ketika mortir jatuh di luar rumahnya ketika ia bermain. CC BY-NC-ND / ICRC / Hussein Baydoun

“Ahmad adalah anak bungsu dari lima anak-anak saya,” jelas ibunya, Yaman. “Setelah dia terluka, dia menjalani operasi dan terapi sebelum kami pindah ke Lebanon pada tahun 2012, tidak hanya itu saja. Sejak kecelakaan itu ia juga masih sering merasakan sakit yang luar biasa.”

Setelah tiba di Lebanon, ia menjalani operasi lagi, namun rasa sakitnya tak kunjung pergi. Saat ini sudah tiga bulan Ahmad dalam penanganan ICRC di Pusat Pelatihan dan Traumatologi Senjata (WTTC).

Ahmad sudah dalam penanganan ICRC di Pusat Pelatihan dan Traumatologi Senjata selama berbulan-bulan. CC BY-NC-ND / ICRC / Hussein Baydoun

Ahmad sudah dalam penanganan ICRC di Pusat Pelatihan dan Traumatologi Senjata selama berbulan-bulan. CC BY-NC-ND / ICRC / Hussein Baydoun

Tanzania: Bersatunya kembali keluarga yang terpisah di tengah lautan pengungsi

Augustin Minani pikir dia tidak akan pernah melihat anak-anaknya lagi. Merasa takut akan kehidupannya setalah serangan mematikan yang terjadi di lingkungan di Burundi, ia dan istrinya melarikan diri dari rumah mereka. Namun kedua anak-anak mereka, Brighton dan Bruce, tertinggal.

“Mereka tinggal dengan kakak saya pada malam itu dan saya tidak berhasil mencari mereka sehingga kami tidak dapat pergi bersama-sama,” kata Augustin.

Para pengungsi yang baru datang dari Burundi mengantri untuk mendaftarkan diri kepada anggota Palang Merah di Kamp Nyagurusu di Mekere, Tanzania. CC BY-NC-ND / ICRC / Kate Holt

Para pengungsi yang baru datang dari Burundi mengantri untuk mendaftarkan diri kepada anggota Palang Merah di Kamp Nyagurusu di Mekere, Tanzania. CC BY-NC-ND / ICRC / Kate Holt

Augustin dan istrinya berjalan selama lima hari, menyeberang dari Burundi ke Tanzania, di mana mereka akhirnya menetap di kamp pengungsi Nyagurusu. Lebih dari 50.000 pengungsi kini tinggal di Nyagurusu cemas akan kekerasan politik yang terjadi pada bulan Mei lalu tentang pemilihan presiden itu bisa mempengaruhi mereka.

Sekitar 60 persen dari pengungsi di Nyagurusu adalah anak-anak. Ternyata mereka beruntung, dua dari banyak anak yang ada di kamp tersebut adalah anak-anak dari Augustin.

Consolate Manirakiza, salah satu orang yang melarikan diri ketika kekerasan politik di Burundi, melihat papan pengumuman yang dikelola oleh Palang Merah bagi orang-orang yang mencari keluarganya yang hilang di Unit pencarian palang merah di kamp pengungsian Nyagurusu di Mekere, Tanzania. CC BY-NC-ND / ICRC / Kate Holt

Consolate Manirakiza, salah satu orang yang melarikan diri ketika kekerasan politik di Burundi, melihat papan pengumuman yang dikelola oleh Palang Merah bagi orang-orang yang mencari keluarganya yang hilang di Unit pencarian palang merah di kamp pengungsian Nyagurusu di Mekere, Tanzania. CC BY-NC-ND / ICRC / Kate Holt