Tripoli / Jenewa (ICRC) – Kamis (6/10) Komite Internasional Palang Merah (ICRC) mengevakuasi tiga korban luka senjata dari rumah sakit Ibn Sina di Sirte ke rumah sakit lapangan di sisi lain zona tempur. Evakuasi dapat dilakukan ketika kedua belah pihak yang bertikai melakukan gencatan senjata selama beberapa jam yang memungkinkan proses evakuasi ini dapat dilakukan. Diperkirakan 20.000 orang yang melarikan diri dari zona tempur, saat ini mengungsi di dekat Sirte, dan biasanya  dalam kondisi yang sulit.

“Tiga pasien yang terluka ini harus secepatnya dibawa keluar. Dengan kondisi seperti sekarang ini, rumah sakit di Sirte tidak dapat memberikan perawatan spesialis yang mereka butuhkan,” kata Cordula Wolfisberg, dokter ICRC yang yang bertugas di rumah sakit. “Bersama staf medis di rumah sakit itu, kami mengidentifikasi pasien mana saja yang perlu dievakuasi dan kira-kira siapa yang cukup stabil untuk dapat bertahan di sana. Kami juga memastikan bahwa mereka bersedia untuk dipindahkan.”

Setelah berada di luar Sirte, pasien-pasien yang didampingi tiga anggota keluarga mereka selanjutnya dipindahkan ke rumah sakit di Misrata. Salah seorang pasien adalah seorang gadis berusia sembilan tahun dengan kondisi terluka parah. Obat-obatan untuk mereka yang menderita penyakit kronis – sumbangan dari organisasi-organisasi kemanusiaan lainnya – juga dikirimkan oleh ICRC ke rumah sakit.

“Hari ini hanya ada beberapa dokter yang tersisa untuk merawat korban luka senjata di rumah sakit Sirte,” tambah Dr Wolfisberg. “Dikarenakan pertempuran yang terjadi di kawasan tersebut, banyak sekali pasien dipindahkan dari bangsal ke koridor. Selain itu, rumah sakit ini dipadati penduduk sipil dari daerah setempat, termasuk banyak wanita dan anak kecil.”

Delegasi ICRC juga mengirimkan paket makanan, susu bayi, popok dan perlengkapan kesehatan untuk 1.000 orang di daerah konflik Sirte.

ICRC menekankan kembali bahwa semua langkah harus ditempuh untuk melindungi penduduk sipil dan memastikan akses yang aman bagi petugas medis dan pekerja kemanusiaan sebagaimana dinyatakan dalam hukum humaniter internasional.

Ini adalah untuk ketiga kalinya sejak 1 Oktober ICRC berhasil masuk Sirte dari barat. Situasi keamanan sangat tidak stabil, membatasi pergerakan dan waktu yang dapat dimanfaatkan staff ICRC di dalam kota.

Sementara ribuan penduduk sipil masih terjebak di Sirte, banyak orang telah meninggalkan kota ini dalam beberapa pekan terakhir dengan alasan keselamatan. Lebih dari 18.000 orang, di antaranya banyak perempuan, anak-anak dan orang tua, saat ini mengungsi ke timur Sirte. Sekitar 5.000 di antaranya tinggal di gurun dekat kota dan lainnya tersebar di Harawa dan sekitarnya, 50 kilometer timur Sirte. Di sebelah barat kota, ratusan orang pindah ke daerah yang lebih aman antara Sirte dan Misrata.

“Gelombang penduduk sipil meninggalkan kota hampir terjadi setiap hari,” jelas Ghafar Bishtawi, delegasi ICRC di timur Sirte. “Kami bahkan melihat seluruh keluarga meninggalkan kota dengan berjalan kaki, membawa serta anak-anak mereka yang masih kecil, tanpa makanan atau air.”

Bersama dengan Bulan Sabit Merah Libya, ICRC mendistribusikan air minum, makanan bayi, susu bayi dan perlengkapan kebersihan bagi pengungsi.

ICRC tetap berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di dalam atau dekat kota-kota dimana pertempuran masih berlangsung, terutama Sirte dan Bani Walid.